Rabu, 19 Agustus 2020

GARA-GARA ISTIGHFAR

GARA-GARA ISTIGHFAR

 
Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali.

Dimasa akhir hidup beliau bercerita,
“Satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak..”

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat..

Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashroh.
Beliau bercerita,
“Pas tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di Masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat..”

Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di Masjid.

Tiba-tiba Marbot Masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya,
“Kenapa syaikh, mau ngapain disini..?”
(kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan,
- bisa untuk orang tua,
- orang kaya,
- ataupun orang yang berilmu.
Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena taunya sebagai orang tua).

Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad.

Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya.

Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat sholeh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.

Kata imam Ahmad,
“Saya ingin istirahat, saya musafir..”

Kata Marbot,
“Tidak boleh, tidak boleh tidur di Masjid..”

Imam Ahmad bercerita,
“Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari Masjid..
Setelah keluar masjid, dikunci pintu Masjid..
Lalu saya ingin tidur di teras masjid..”

Ketika sudah berbaring di teras Masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad.

“Mau ngapain lagi syaikh..?”
Kata Marbot. 

“Mau tidur, saya musafir..”, kata imam Ahmad.

Lalu marbot berkata,
“Di dalam Masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh..”

Imam Ahmad diusir.

Imam Ahmad bercerita,
“Saya didorong-dorong sampai jalanan..”

Disamping Masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti).

Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh Marbot tadi.

Waktu imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh,
“Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil..”

Kata imam Ahmad,
“Baiklah..”

Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya.
Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar ‘Astaghfirullah’,
- saat Naruh garam astaghfirullah,
- mecahin telur astaghfirullah,
- campur gandum astaghfirullah. Senantiasa mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia.

Imam Ahmad memperhatikan terus.

Lalu imam Ahmad bertanya,
“Sudah berapa lama kamu lakukan ini..?”

Orang itu menjawab,
“Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan..”

Imam Ahmad bertanya,
“ma tsamarotu fi'luk..?”
(apa hasil dari perbuatanmu ini..?)

Orang itu menjawab,
“Lantaran wasilah istighfar tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ﷻ..
Semua yang saya minta (ya Allah) langsung diterima..”

Memang Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda,
“Siapa yang menjaga istighfar, maka Allah Ta'ala ﷻ akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah..
Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ﷻ akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya..”

Lalu orang itu melanjutkan,
“Semua dikabulkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ﷻ kecuali satu..
Masih satu yang belum Allah Ta'ala ﷻ kasih..”

Imam Ahmad penasaran lantas bertanya,
“Apa itu..?”

Kata orang itu,
“Saya minta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ﷻ supaya dipertemukan dengan imam Ahmad..”

Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir,
“Allahu Akbar..!
Allah Subhanahu Wa Ta'ala ﷻ telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashroh dan bahkan sampai didorong-dorong oleh Marbot Masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu..!”

Penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad..

Wallahu'alam..

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Jumat, 14 Agustus 2020

GANTI ISTRIMU

" GANTI ISTRIMU."

Pada suatu ketika, Nabi Ibrahim datang ke Mekkah untuk mengunjungi anaknya, yaitu Nabi Isma’il. Akan tetapi, Nabi Isma’il saat itu sedang tidak berada di rumah. Ia sedang pergi berburu. Nabi Ibrahim menemui istri Nabi Isma’il dan bertanya ke mana suaminya dan apa pekerjaannya.

Maka istri Nabi Isma’il menceritakan bahwa suaminya pergi berburu dan kehidupan mereka sangat sulit. Maka Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Apabila suamimu datang, sampaikan salam dariku dan katakan agar ia mengganti palang pintu rumahnya.”

Kemudian Nabi Ibrahim segera pulang. Tatkala Nabi Isma’il telah datang, ia seakan merasakan sesuatu, maka ia bertanya kepada istrinya.

Istrinya lalu bercerita, “Tadi ada seorang tua datang yang sifatnya demikian (ia menyebutkan sifat-sifat Nabi Ibrahim). Ia bertanya tentang engkau dan aku kabarkan kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita dan aku kabarkan bahwa sesungguhnya kita dalam kesulitan. Dia menitip salam untukmu dan mengatakan agar engkau mengganti palang pintu rumahmu.”

Maka Nabi Isma’il pun berkata, “Dia adalah ayahku, dan engkaulah yang dimaksud dengan palang pintu itu. Kembalilah engkau kepada orang tuamu (Nabi Isma’il menceraikan istrinya, ed.)!”

Kemudian Nabi Isma’il menikah lagi dengan wanita lain. Setelah itu, Nabi Ibrahim datang lagi pada waktu yan lain, dan Nabi Isma’il juga kebetulan sedang pergi berburu. Maka Nabi Ibrahim menemui istri Nabi Isma’il dan bertanya tentang Nabi Isma’il. Maka istrinya bersyukur kepada Allah dan juga menceritakannya.

Kemudian Nabi Ibrahim menanyakan tentang kehidupan mereka. Istri Nabi isma’il menceritakan bahwa kehidupan mereka penuh dengan nikmat dan kebaikan. Istri Nabi isma’il tersebut adalah seorang wanita yang baik, yang bersyukur kepada Allah dan juga kepada suaminya. Kemudian Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Jika suamimu datang, sampaikanlah salam kepadanya dan katakan kepadanya agar ia mengokohkan palang pintu rumahnya.”

Setelah itu, Nabi Ibrahim pun segera pulang.

Maka tatkala Nabi Isma’il pulang, ia bertanya kepada istrinya, “Apakah tadi ada yang mengunjungimu?

Istrinya menjawab, “Tadi datang kepadaku seorang tua yang keadaannya demikian….”

Nabi Isma’il bertanya, “Apakah ada sesuatu yang ia katakan kepadamu?”

Istrinya menjawab, “Dia bertanya kepadaku tentang dirimu, dan aku pun menceritakannya. Dan ia bertanya pula tentang kehidupan kita, maka aku sampaikan bahwa kita berada dalam kenikmatan, dan aku mengucapkan syukur memuji Allah.”

Nabi Isma’il bertanya lagi, “Kemudian apalagi yang ia katakan?”

Istrinya menjawab, “Ia menitipkan salam untukmu dan memerintahkannmu untuk mengokohkan palang pintu rumahmu.”

Nabi Isma’il lantas berkata, “Dia adalah ayahku, dan engkau adalah palang pintu itu. Ia memerintahkan agar aku tetap mempertahankanmu (sebagai istri).”

(HR. Al Bukhari no. 3364).

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini:

Banyak berkeluh kesah kepada manusia adalah perbuatan tercela.

Jangan suka menceritakan aib keluarga, apalagi terhadap orang yang baru dikenal.

Bersyukur kepada Allah serta bersyukur kepada manusia adalah akhlak yang terpuji.

Termasuk sifat istri shalihah adalah bersyukur kepada Allah kemudian bersyukur kepada suami.

Sumber: Kisah-Kisah Pilihan untuk Anak Muslim Seri-4, karya Ummu Usamah ‘Aliyyah, Ummu Mu’adz Rofi’ah, dkk. Mei 2007. Penerbit Darul Ilmi, Yogyakarta.

Minggu, 09 Agustus 2020

SHOLAWAT TANZIL

BACA SHOLAWAT INI SEKALI SEUMUR HIDUP,, DIJAMIN DAPAT SYAFA'AT ROSULULLOH

SHOLAWAT TANZIL

ZAWIYYAH SHUFIYYAH

NABI Muhammad Shollallohu 'alaihi wasallam diberi kemuliaan oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala untuk memberi syafaat kepada umatnya di hari kiamat, di mana tak seorangpun bisa memberi pertolongan bahkan orangtua kita sekalipun.

Semua manusia akan dikumpulkan berdasar amal perbuatannya selama di dunia untuk kemudian dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh Ta'ala.

Sebagai umat Nabi Muhammad, sejatinya kita banyak bersholawat kepadanya. Tak ada alasan bagi kita untuk malas menyanjung beliau sebagai pembawa risalah tauhid ke dunia melalui perantaraan Malaikat Jibril. Alloh dan malaikatnya saja selalu bersholawat kepada sang penghulu dan penutup para nabi itu.

Alloh Ta’ala berfirman dalam Alquran dalam Surah Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian kepada Nabi (Muhammad) dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya,” (QS. Al-Ahzab: 56).

Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Artinya: “Perbanyaklah kalian membaca sholawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, barangsiapa yang bersholawat kepadaku sekali, niscaya Alloh bersholawat kepadanya sepuluh kali," (HR. Al-Baihaqi (III/249).

Setiap muslim tentu mendambakan syafaat Nabi Muhammad. Namun, untuk menggapainya tidaklah mudah. Satu-satunya amalan paling dicintai dan pasti sampai kepada Nabi ialah membaca sholawat. Maka sering-seringlah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad bila ingin mendapat syafaatnya yang agung.

Sholawat kepada Nabi Muhammad tentu memiliki keutamaan yang besar dan menghasilkan manfaat banyak di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang rajin membacanya.

Banyak bacaan sholawat yang masyhur dibaca oleh kaum muslimin, baik bersumber dari hadits maupun para ulama salafunas sholih. Salah satu sholawat yang memiliki faidah luar biasa adalah Sholawat Tanzil.

Dai kharismatik yang juga pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan mengatakan, ada sebuah sholawat yang apabila dibaca sekali seumur hidup, maka si pembaca dijamin akan mendapat syafaat Nabi Muhammad kelak di hari kiamat.

Pendakwah lulusan Daarul Musthofa, Hadhramaut, Yaman itu menukil dari Kitab Nashaihud Diniyyah Wal Washayal Imaniyah, karya Al-Habib 'Abdullah bin 'Alawi Al-Haddad, seorang ulama besar abad 17, disebutkan bahwa jika sholawat ini dibaca minimal satu kali saja sepanjang hayat, maka kelak ia akan mendapat syafaat Rosululloh.

Disebutkan bahwa Nabi Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan ;
 اللهم صل على سيدنا محمد وأنزله المقعد المقرب عندك يوم القيامة 
maka wajiblah ia mendapat syafaatku,”.

Berikut bacaan sholawat tersebut beserta artinya:

اللهم صل على سيدنا محمد وأنزله المقعد المقرب عندك يوم القيامة

(Allohumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Anzilhu al-Maq’adal Muqorrob ‘indaka yaumal qiyaamah).

Artinya: "Ya Alloh berilah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan tempatkan dia di tempat yang dekat di sisi Mu pada hari kiamat,"

"(Sholawat) Ini manfaat dan berguna. Jika kita ingin syafaatnya Rosululloh maka baca sholawat ini yang diajarin oleh baginda Rosululloh. Semoga kita bisa mengamalkannya," ujar Habib Jindan dalam sebuah ceramahnya, dikutip dari channel YouTube Pecinta Rasulullah SAW.

#SholluAlanNabiMuhammadﷺ

اللهم صل على سيدنا محمد وأنزله المقعد المقرب عندك يوم القيامة

(Allohumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Anzilhu al-Maq’adal Muqorrob ‘indaka yaumal qiyaamah).

Artinya: "Ya Alloh berilah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan tempatkan dia di tempat yang dekat di sisi Mu pada hari kiamat,"

Rabu, 15 Juli 2020

Ketika Rasulullah Terluka Dalam Perang Uhud

Ketika Rasulullah Terluka Dalam Perang Uhud

بسم الله الرحمن الرحيم

Saat Rasulullahﷺ terluka
Gigi geraham beliau patah, bibir bawahnya sobek, dahi dan keningnya yg mulia juga bercucuran darah.

Rasulullah ﷺ malah tak henti hentinya menadahi tetesan darah itu dan mengusapkan ke dadanya agar jangan menetes ke tanah walau dalam keadaan genting sekalipun.

Setelah perang mulai reda seorang Sahabat memberanikan diri bertanya perihal perilaku baginda tersebut;
Dengan lemah lembut Rasulullah ﷺ pun menjawab :
Aku mndengar apa yang tidak kalian dengar,,
Malaikat penjaga gunung berkata: kalau ada setetes darahku menyentuh bumi, maka Allah SWT akn menurunkn adzab dari  langit kepada mereka yang memerangiku.

Mendengar jawaban itu para Sahabat kembali bertanya, "Mengapa engkau tidak mendoakan para musuh Allah itu supaya celaka?
Rasulullah ﷺ kembali menjawab:
Sungguh aku tidak diutus untuk melaknat, tetapi berdakwah dan menyebarkn Rahmat kepada Semesta alam. ⠀
“Ya Raab berilah Hidayah kepada mereka, karena sesungguhnya mereka tdk mngetahui."

SEMOGA  KITA  MENDAPATKAN  SYAFA'ATNYA DI YAUMIL MAHSYAR... .Aamiin...

Rabu, 08 Juli 2020

PENTINGNYA MENJAGA ADAB TERHADAP GURU

KISAH TRAGIS SANTRI YANG HAFAL KITAB TUHFATUL MUHTAJ YANG JADI PENJUAL ARANG

الأدب قبل العلم 

Dahulukan akhlak sebelum ilmu
 
 بالأدب تفهم العلم 

Dengan ahlaklah kamu bisa memahami ilmu

Kisah tragis dari seorang Santri yang sangat pandai namun ia tidak memiliki Etika (Adab) kepada gurunya sendiri.
 
Kisah ini kita dapatkan dari guru kita Syidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah beliau dari gurunya Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Shodiq Al-Habsyi, beliau dari gurunya Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri sekaligus beliau tokoh yang dimaksud dalam kisah ini.

Dikisahkan di Tarim Yaman terdapat suatu pesantren yang bernama “Rubath Tarim”, Pesantren ini telah melahirkan puluhan ribu Ulama’ yang tersebar di seluruh Dunia. Di sana para Santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya spesifikasi Ilmu Fiqh sebagai keunggulannya.

Di pesantren itu pula ada seorang Santri anggap saja namanya “Fulan”, si Fulan ini merupakan seorang Santri yang sudah menetap selama 13 tahun bersama Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri dan sangat cerdas, kuat hafalannya, tangkas dan rajin hingga dikatakan bahwa ia menjadi Santri yang sudah mencapai derajat Mufti, saking pintarnya. ia juga hafal semua Mas’alah Fiqhiyah yang terdapat dalam kitab “Tuhtatul Muhtaj”, sebuah kitab yang tebalnya 10 jilid cetakan Darud Diya' atau 4 jilid cetakan Darul Kutub Ilmiyah. 

Kesehariannya di Pesantren, si Fulan ini disukai oleh teman-temannya sebab ia dibutuhkan oleh rekannya untuk menjelaskan pelajaran yang belum difahami serta mengajar kitab kitab lainnya. 13 tahun menjadi Santri Rubath Tarim tentu saja hampir dipastikan kapasitasnya, ia termasuk Ulama’ Besar. Namanya pun tersohor hingga keluar Pesantren bahwa ia termasuk calon Ulama Besar yang akan muncul berikutnya.

Hingga akhirnya Syetan mengelabuhi si Fulan, iapun merasa orang yang paling Alim, bahkan ia merasa kualitas dirinya sejajar dengan kealiman Guru Besarnya. Tidak cukup sampai disitu, kesombongan itu berlanjut hingga ia berani memanggil Gurunya dengan namanya saja; “Ya Abdullah / Duhai Abdullah”!!!. Di mata para Ahli ilmu, hal ini sungguh suatu tindakan yang sangat sangat tercela dan kesombongan yang nyata.

قال سيدي الشيخ محمد بن علي باعطية الدوعني: 
من نادى شيخه باسمه لم يمت حتى يذوق الفقر المعنوي من العلم 

Barangsiapa yang memangil Gurunya dengan sebutan namanya langsung (tidak mengagungkannya ketika memanggil), maka dia tak akan meninggal kecuali sudah merasakan hidup yang faqir baik dalam ilmu maupun material.

Melihat kesombongan si Fulan, Al-Habib Abdullah As-Syathiri bersabar dan memilih diam saja. Sayyidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah mengatakan, “Diamnya seorang Guru saat muridnya tidak sopan kepada gurunya tetap akan mendapatkan Adzab dari Allah SWT.”

Kesombongan itupun berlanjut, si Fulan pada suatu hari akan keluar dari Rubath Tarim untuk menuju Kota Mukalla untuk berdakwah. Iapun keluar dari Pesantren begitu saja tanpa izin kepada Al-Habib Abdullah As-Syathiri, hingga pada saat “Madras Ribath” sebutan untuk Pengajian rutinan di Rubath Tarim, Al-Habib Abdullah As-Syathiri menanyakan perihal keberadaan si Fulan yang biasanya duduk di depan namun tidak nampak kelihatan.

“Kemanakah si Fulan ?.”

Sebagian Murid yang mengetahui menjawab, “Si Fulan sedang berdakwah ke Kota Mukalla.”

Al-Habib Abdullah As-Syathiri berkata, “Apakah dia izin kepadaku ?.”

Sontak Murid yang lain diam saja. Dan Habib Abdullah As-Syathiri kemudian berkata, "Baiklah, kalau begitu biarkan si Fulan pergi akan tetapi ilmunya tetap di sini !!!.”

Di sisi lain di Kota Mukalla Yaman, para ahli ilmu dan tholib ilim dan para pecinta Habib Abdullah As-Syathiri  yang mendengar bahwa si Fulan Santri Senior Rubath Tarim akan mengisi ceramah di Masjid Baumar Mukalla Kodim, merekapun berbondong-bondong datang, mereka pun mempersilahkan si Fulan untuk memberikan ceramahnya.

Si Fulan naik kemimbar dan memulai isi ceramahnya, ia memulai dengan Basmalah, Hamdalah, Sholawat kepada Nabi SAW, Amma Ba’du. Kemudian ia membaca sebuah ayat :

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون(٥٦) وما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون (٥٧)  إن الله هو الرزاق ذو القوت المتين (٥٨) سورة الذاريات
 
dan ingin menjelaskan ayat ini. namun ternyata dia terdiam seperti kayu yang berdiri tegak dan kebingungan tak mampu berbicara menjelaskan ayat tersebut. Hingga dia duduk lima menit, dia terdiam di hadapan jama’ah di hadapannya, dia menoleh ke jama'ah dan mereka juga memandang si Fulan. Hingga akhirnya dia duduk menangis karena semua ilmu yang pernah ia hafal hilang seketika.  Bahkan kitab sekecil Safinatun Najah tak hafal satu kalimat pun, apalagi kitab Tuhfah ysng awalnya telah dihafal.

Ketika di Rubat Tarim dia bagaikan Unta yang sangat bagus mahal hargaya karena mempunyai keistimewaan dan kelebihan sendiri.

Jama’ah yang melihatnya jadi kaget melihat hal itu, salah satu ahli ilmu di Kota Mukalla yaitu Al-Habib Abdullah shodiq Al-Habsyi yang mana beliau pernah mondok mencari ilmu di Rubat Tarim selama 9 tahun, beliau mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dari si Fulan. Kemudian datanglah kabar bahwasanya si Fulan telah Isa'atul Adab (Berbuat kurang baik terhadab Gurunya). 

Ia pun bertanya pada si Fulan, setelah mendengar penjelasannya, si ahli ilmu menasehati agar ia (si Fulan) meminta maaf pada sang Maha Gurunya.

Memang karena sudah dikuasai oleh Syetan, iapun enggan untuk tawadlu’ dan meminta maaf pada sang Guru.
Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya. Hingga ia hidup dalam keadaan sangat miskin di pinggiran Kota Mukalla dan sehari-hari menjadi penjual Arang di toko area Pasar.

Hingga akhir hayatnya ia hidup dalam keadaan miskin bahkan untuk sebuah kafan pun ia tak punya dan diberi sedekah oleh Ahlul Khoir yang dermawan. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Dan salah satu yang merawat jenazahnya dan memberi sumbangan kain kaffan dan pengurusan jenazah beliau adalah Al-Habib Abdullah shodiq Al-Habsyi.

Dari kisah ini, mari kita semua perbaiki Etika(Adab) kita kepada Guru kita dan kepada siapapun di sekitar kita meskipun kita sudah memiliki ilmu yang begitu banyak. Begitu pula mari kita saling Tawadlu’, merendahkan diri dan menjaga dari kesombongan yang bisa menghancurkan diri kita sendiri.

PESAN HIKMAH DARI CERITA DI ATAS :*

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki berkata :

أغضب من الطالب الذی لا یحترم أستاذه ولوکان الأستاذ صاحبه

"Aku murka terhadap penuntut (ilmu) yang tidak menghormati Ustadznya, meskipun Ustadz tersebut adalah temannya sendiri.”

Imam Nawawi berkata :

ینبغی للمتعلم ان یتواضع لمعلمه ویتأدب معه وإن کان أصغر منه سنا وأقل شھرة ونسبا وصلاحا ؛ لتواضعه یدرک العلم

"Seyogyanya bagi seorang pelajar tawadlu’ (rendah hati) kepada Gurunya dan menjaga tata krama ketika bersamanya, meskipun Gurunya tersebut lebih muda, tidak begitu terkenal, nasabnya lebih rendah dan (mungkin) keshalehannya kalah dengan muridnya. Dengan tawadlu’ (rendah hati), niscaya ilmu akan ia dapatkan.”

Beliau juga berkata :

عقوق الوالدین تمحوه التوبة وعقوق الأستاذین لا یمحوه شیئ ألبتة

"Dosa durhaka kepada kedua orang tua bisa dihapus dengan bertaubat, sedangkan dosa durhaka kepada Guru sedikitpun tidak akan bisa dihapus.”

Al-habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata :

وأضر شیئ علی المرید تغیر قلب الشیخ علیه، ولو اجتمع علی إصلاحه بعد ذلك مشایخ المشرق والمغرب لم یستطیعه إلا أن یرضي عنه شیخه

“Yang paling berbahaya bagi seorang Murid adalah berubahnya hati Guru kepada Muridnya (dari yang semula ridho menjadi murka). Andai saja semua Guru dari Timur dan Barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si Murid tersebut, maka mereka tidak akan mampu kecuali Gurunya tersebut telah ridho kepadanya.”

Burung Hantu Istimewa

  Burung Hantu