Selasa, 16 Mei 2017

Dialog (Kabeh kok dadi Gusti Allah)

Dialog (Kabeh kok dadi Gusti Allah)
Abah sepuh : nak, jika seorang ulama' ketika
ketahuan masuk tempat pelacuran, apa dia masih
dipandang seorang ulama'?
Salik : Tidaaakk...karena ulama hanya bertugas
dengan nilai baik atau buruk Guru..
Abah sepuh : Nah kalau Seorang profesor ketika
ketahuan masuk ke tempat pelacuran, apa dia
akan dicabut pangkat profesornya?
Salik : Tidaakk....karena profesor hanya bertugas
dengan benar atau salah.
Abah sepuh : Hmm, trus, misalkan ada seorang
yang bertamu, saat ada tamu dirumah kita, kita
mengajaknya masuk, ini baik atau buruk?
Salik : baiiiiiiik, Guru..!!
Abah sepuh : Saat sudah duduk kita menyuguhkan
minuman ke tamu, ini benar atau salah?
Salik : benaaaaaaarr!!!,
Abah sepuh : lalu etika kita menyuguhkan
minuman ke tamu, kita lakukan dengan nggrojokno
nang cangkeme tamu, ini indah atau jelek?
Salik : jeleeeeeek dong Guru...
Abah sepuh : Hhhmmm....jadi kita sebenarnya tahu
bahwa indah itu bukan hanya pelengkap dari baik
dan benar tapi lebih dari diatasnya baik dan benar.
secara fiqih kita sudah sah memuliakan tamu
dengan baik dan benar, tapi secara keserasian hal
itu tidak terlihat enak dipandang, inilah yang
mengakibatkan bahwa baik, benar dan indah ini
tidak bisa terpisahkan satu sama lain.
Salik : iyaa Guru...!!
Abah sepuh : “Kamu tahu Abu Jahal?” Dia adalah
paman sekaligus musuh Nabi. Kira-kira Dia itu
menamakan dirinya sendiri seperti itu, apa orang
Islam yang menyebut dirinya Abu jahal? Sekarang
kalau aku menyebut diriku Abu Jahal itu baik apa
tidak? Kalau aku memilih untuk merasa diriku
buruk, itu apik ta elek? Kalau dalam bahasa jawa,
itu iso rumongso. Terus kalau aku ngarani awakku
dewe koyok nabi, aku iku alim, sholeh, itu baik
atau tidak? Jadi lebih baik mana, orang yang
menyebut dirinya baik, atau menyebut dirinya
buruk?”
Nabi-nabi atau Rasul menyebut dirinya baik atau
jelek? Semua Nabi menyebut dirinya dholim,
menyebut dirinya fakir. Nabi Muhammad hanya
menyebut jabatan resmi dari Allah yakni sebagai
utusan Allah, dan yang menyebut Nabi Muhammad
itu Nabi atau Rasul itu tidak lain adalah Allah
sendiri, tidak mungkin nabi menyebut dirinya
sebagai Nabi.
“kalau ada orang berpenampilan necis, gamis,
berjubah, orang pasti akan berfikir bahwa dia orang
alim, orang baik, tidak mungkin menipu, tidak
mungkin manipulasi. Dan kalau ternyata orang
yang berpakain sorban dan gamis yang indah itu
ternyata bukan seperti yg disangkakan bahwa dia
itu orang baik, maka yang terjadi adalah penipuan.
Kalau aku menyebut diriku Habib, sehingga orang
menyangka sebagai keturunan Rasulullah itu kan
merepotkan banyak orang, sehingga nanti akan
banyak orang yang sibuk mencari, browsing di
internet melacak silsilah saya, itu kan bikin repot.
Makanya disini gak usah merepotkan, tinggal
panggil Abah saja sudah cukup, itu saja , tidak
usah repot-repot dan itu tidak akan mengandung
penipuan, kalau hanya panggilan Abah, itu kan
sekedar keakraban biasa”
Gurumu ini hanya mau menyampaikan padamu
apapun yang datangnya dari Arab itu harus
digarap, diramu dengan kebudayaan disini, bukan
berarti Islam yang diadatkan, tapi aplikasikan
dengan ramuan budaya meskipun ibadah
mahdohnya sama, tapi ibadah muamalah nya
beda. Misal budaya menyambut tamu, memuliakan
orang tua di Arab, tatacara disini itu beda. Ketika
kita menghormati tamu demi mentaati Islam, yang
kita bawa kesini bukan arabnya, tapi inti dari
menghormati tamu itu kita cari dengan kebudayaan
kita sendiri. Yang terjadi selama ini Arab tidak
digarap, langsung diterapkan begitu saja, ditelan
tanpa diracik, yang pinter ngaji ngenyek yang gak
pinter ngaji, yang gak pinter ngaji cari alasan lain
untuk ngeyek yang pinter ngaji. Di daerah Jawa
Tengah kebanyakan orang melantunkan
“alkamdulillagi rabbil ngaalamiin...” dinyek sama
orang yang dari Jawa Timur yang bisa melafalkan
huruf “Ain” dengan baik. Bilal bin rabah saja, salah
seorang sahabat yang sangat dicintai Rasulullah
karena begitu kuat imannya, Ketika ia adzan dan
melantunkan “asyhadualla ilaha illallah..”, ia tidak
bisa mengucapkan huruf “Syin”, lidahnya hanya
bisa mengucapkan huruf “Sin”. Sahabat Nabi yang
lain protes dengan keadaan itu. Nabi menjawab
secara diplomatis, bahwa jika kalian mendengar
Bilal mengucap “Sin” maka anggaplah Bilal
mengucap “Syin”. Singkat namun tegas.
Sebagaimana halnya bila kita membahas mengenai
bunyi atau suara kokok ayam. Bagi orang Jawa,
kokok ayam disebut “kukkuruyukk”, sementara
“kukkuruyuk”nya orang Sunda adalah
“kokkorongngok”, dan “kokkorongngok”-nya orang
Madura adalah “Kukkurunnuk”.
Dengan cara diplomasi Rasulullah tadi, Guru
mengajak kamu untuk mencari kearifan Rasulullah,
kesantunannya, tingkat keilmuannya, silakan cari
sebanyak-banyaknya, supaya kita mempunyai
kearifan dan kesantunan, dan jangan gampang
menghujat orang lain. Dulu ulama hanya berjumlah
9 orang yang kita kenal sebagai Walisongo,
mengislamkan berjuta-juta orang. Sekarang
Ulama-ulama pekerjaannya kebanyakan adalah
mengeluarkan orang dari Islam. Kita lihat saat ini
betapa seringnya ulama bilang“kafir itu”, “bid’ah
itu”, “sesat itu, “halal darahnya itu”.Mengenai
fatwa “Halal darahnya”, kalau memang ada fatwa
seperti itu sebaiknya segera bunuh saja, jika cuma
sekedar berfatwa “halal darahnya” tapi tidak
pernah dilaksakan dengan membunuhnya, maka
Allah akan Marah : ..” kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan”(QS. Ash Shaff 61: 2-3). “kalau Guru
sangat mengharapkan dan merekomendasikan para
Ulama yang memfatwakan kepada golongan orang-
orang yang “halal darahnya” segeralah bunuh
mereka, tak tunjukkan siapa saja yang halal
darahnya itu, Kabeh kok dadi Gusti Allah”
# salik_suluk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Burung Hantu Istimewa

  Burung Hantu