Jumat, 25 November 2016

PELURUSAN SEJARAH

PELURUSAN SEJARAH

Mari kaji bersama,
Jangan salah tafsir dan salah sambung,
Peta gambaran dimaksud sebagai ikhtiraf dan pelurusan sejarah,
Ada faseu menduduki lama, sebentar, sementara dan mewakili,
Jika kita salah sambung nasab,
Maka neraka jahannam tempatnya,

Karena di antaranya ada syarif/habaib dan serta merta dari golongan sahabat yg dikumpulkan dalam wadah padjajaran,

Padjajaran itu bukan hanya milik prabu siliwangi,
Sebelum zaman siliwangi dimaksud sudah berdiri adanya padjajaran yg tak tercatat sejarah,
Bukankah dalam setiap cerita itu perlu tau dan ada yg tdk perlu tau juga ada yg tidak mudah kita ketahui,

Mari kita renungkan sebuah pohon yang jika kita pelajari mendalam kita takkan mampu membedahnya tanpa tauhid,

Karna kalau kita kupas pohon itu,  maka pohon itu akan kering mati dan tak berbuah lagi,
Bahkan terputus akibat sudah tak berbiji,

Dan pohon pun ada yg mampu di cangkok kan,
Maka buahnya bukanlah buah berasal dr pohon dimaksud,
Buah hasil cangkok dengan buah asli dr pohonnha berbeda,
Buah hasil obat berbeda dengan buah asli pupuk kompas dan atau alami dalam tanah yg subur.

Inilah sebagi bukti ilmu tiada turunan,
Namun keturunan takkan tertukar,
Cinta tak butuh kerabat namun kerabat membutuhkan cinta.

Jangankan dikupas,  kita potong sebatang z andaikan salah memotong maka bisa mempengaruhi batang lainnya hingga mati,
Terkecuali kita potong yg sudah banyak benalunya,
namun bukankah bisa cukup kita buang benalunya n jangan potong batangnya, jagalah batangnya mungkin masih bisa berbuah manis,
kenapa tidak kita bersihkan agar tidak terkena benalu...???

Didalamnya ada pecahan siliwangi, mataram baru, singosari baru, Kuningan, sumedang,  subanglarang, soematra, palembang, atcjeh, jateng,  jatim,  bali, kalimantan, timor, sulawesi, malaysia, thailand mongol, india, arab dll.

Semua itu dimaksud memberitahukan bahwasanya kebanyakan nama adalah laqob/julukan panggilan,
Siapapun keturunannya mesti mengikhtiraf kembali kebenarannya,
Kadang sumber-sumber sejarah/catatan dimaksud ada kekeliruan dan kekhilafan,

Para Susuhunan Walisongo Baru 1,2,3
Para Susuhunan Siliwangi Baru 1,2,3
Para Susuhunan Mataram Baru 1,2,3
Para Susuhunan Majapahit Baru 1,2,3

Contoh :
Susuhunan Gunung Djati 1 itu syarif
Susuhunan Gunung Djati 2 non syarif/sahabat
Susuhunan Gunung Djati 3 Syarif
Susuhunan Gunung Djati 4 Non syarif

Kajian tersebut berbeda dengan kajian saat ini,
Beda kajian.
Srperti bentuk pulau yg terus berubah,
Seperti bentuk daerah dan tempat yg terus berkembang,
Seperti pohon dan tanaman yg terus membesar, berubah dan mati,

Kajian yg tdk bisa di campur aduk,
Kajian kerajaan dengan kewalian,
Kajian pemerintahan dengan keulamaan,
Bukankah ada garis tengah di dalamnya,
Kalo wali wujud bisa diceritakan adanya utusan wilayah dan utusan tempat,
Namun waliyulloh mustahil bisa di ceritakan teratur dan tertata karena ada batasan didalamnya,
Walinya sendiri memiliki batasan dan berbeda dengan sang penciptanya.

Jika kita menjelaskan kewalian belebihan dan tiada batasan nya itu merusak,
maka kita berlebihan,
Maka kita merasa paling benar,
Maka kita murtad
Karena yg tau kewalian hanyalah wali nya,
Dan waliyulloh itu kehendak Alloh,
Bukan kehendak si pencerita sejarah/ pembawa cerita, maka ada batasan di dalamnya,
Walloohu a'lam bishowab

Mari renungkan dan kita kaji kembali,
Siapa kita, ,,?
Apakah kita menyerupai atau tidak?
Dimana saudara kita,

Bukankah dzat, nama dan sifat itu berbeda,
Kesatuan dari ketiganya lah adalah kunci bersama,,,,
Kunci pelurusan sejarah yg ada,
Dimanapun berada,

Harta, tahta wibawa dan wanita adalah kunci pemisah, karena ada yg mampu membawanua dan ada yg tak mampu membawanya,  semua dikembalikan pada ilmu dan kemampuannya,

Bukan karena ilmu dan amal yg menghalangi dan atau membuka misteri didalamnya,
Apalagi terkait keturunan,
Keturunan dengan itrah itu berbeda,

Yg menghalangi pandangan dan petunjuk itu adalah hati kita sendiri,
Hubbud dunya/cinta dunia dan lupa alhirat.

Banyak yg mengejar dunia padahal mengejar akhirat
Dan
Banyak yg mengejar akhirat padahal mengejar dunia

Peganglah keduanya maka keselamatan dan ke tentraman dunia terlaksana,

Keseimbangan bijaksana dengan keseimbangan munafik itu jauh berbeda meskipun tidak jauh berada dan tampilannya,
Maka jangalah salah sasaran dan penempatan.

Walafu minkum,
Alfaqir wa dzhooif

Jumat, 11 November 2016

Masih Mengutamakan Istri Daripada Ibu? Bacalah Kisah Nyata Ini!!!

Masih Mengutamakan Istri Daripada Ibu? Bacalah Kisah Nyata Ini!!!

Kisah Nyata – Pada zaman Nabi terdapat seorang pemuda yang bernama Alqomah. Dalam kesehariannya, ia selalu rajin menjalankan ibadah seperti shalat, puasa maupun bersedekah. Hingga suatu ketika ia mengalami sakit yang teramat parah, Salah satu kerabat yang melihat hal tersebut berucap bahwa Alqomah sedang mengalami sakaratul maut.

Yang mengherankan adalah entah kenapa Alqomah yang rajin beribadah sangat sulit untuk mengucapkan lafadz syahadat pada saat menjelang dicabut nyawanya. Istrinya pun meminta pertolongan pada seseorang agar menemui Rasulullah dengan tujuan menyampaikan pesan tentang keadaan suaminya yang tengah menderita.

Setelah pesuruh tersebut datang kepada Rasulullah dan menyampaikan keadaan dari Alqomah, Rasul pun menyuruh para sahabatnya seperti Bilal, Ali dan Ammar untuk mendatangi rumah Alqomah. Keadaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata tersebut sungguh terlihat oleh mereka bertiga dan saling mempertanyakan di dalam hati mereka tentang Alqomah yang taat dalam menjalankan ibadah namun sangat sulit untuk mengucapkan lafadz “Laa ilaha illallah”. Sepertinya lidah Alqomah telah dikunci untuk mengucapkan kata tersebut.

Melihat kondisi dari Alqomah yang menderita, Bilal pun memutuskan untuk mendatangi Rasulullah. Sesampainya di depan Rasullullah dan Bilal menguraikan kejadian yang dialaminya, Rasul pun berucap “Apakah Alqomah masih memiliki ayah dan ibu?”

Karena Bilal cukup tahu kondisi dari Alqomah, maka ia pun menjawab “Ayahnya sudah meninggal, namun ia masih memiliki seorang ibu yang sudah tua renta”.

Rasulullah kemudian berkata “Baiklah Bilal, temuilah ibu Alqomah dan aku titipkan salamku untuknya. Apabila ia masih mampu berjalan, maka dia bisa menghadapku. Apabila ia memang tidak bisa maka aku yang akan ke sana.”

Setelah mendengar perintah dari Rasulullah SAW, Bilal pun langsung menuju rumah ibu Alqomah dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh Rasulullah tanpa mengurangi sedikit pun.

Ibu Alqomah pun berkata “Biarlah aku yang pergi menemui Rasulullah”.

Dengan sedikit tertatih-tatih dan dengan bantuan tongkat yang menjadi penyangganya, ibu Alqomah pun menemui Rasulullah dan mengucapkan salam yang disambut dengan jawaban dari Rasulullah.

Rasulullah berkata “Bisakah ibu menceritakan keadaan Alqomah yang sebenarnya? Kenapa ia nampak kesulitan untuk mengucapkan “Laa ilaha illallah”. Setahu saya Alqomah adalah hamba yang rajin beribadah lagi taat”.

Dengan tegas ibunda Alqomah menjawab “Itu karena saya yang murka kepadanya wahai Rasulullah.”

“Mengapa engkau murka kepada Alqomah?” Rasul semakin penasaran dengan ucapan ibunda Alqomah.

“Ini karena Alqomah lebih mementingkan istrinya dibandingkan dengan aku yang menjadi ibunya. Alqomah telah menyakitiku. Ia berani menentangku demi untuk menuruti keinginan dari istrinya.”

Kini Rasulullah mengerti dengan keadaan Alqomah yang susah melafadzkan “Laa ilaha illallah” tersebut dikarenakan ibundanya telah murka akan Alqomah. Rasul pun menganggukkan kepalanya tanda beliau telah mengerti.

Sesaat kemudian, Rasulullah memanggil Bilal dan menyuruhnya untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk Alqomah.

Mendengar hal tersebut, ibu Alqomah langsung bertanya keheranan “Ya Rasulullah mengapa engkau mau membakar anakku di depan kedua mataku? Bagaimana perasaanku nanti saat melihatnya?” Ibu mana yang tega melihat anaknya dibakar tepat di depan matanya. Meski ibunda Alqomah murka, namun kasih sayangnya tidak tega jika Alqomah harus dibakar hidup-hidup.

Rasulullah menjawab “Wahai ibunda Alqomah, sejatinya siksa dari Allah di akhirat sangatlah lebih kejam. Amal yang telah Alqomah kerjakan selama ini tidak dapat diterima oleh Allah karena murka yang engkau berikan. Kebaikan yang selama ini Alqomah lakukan dengan ikhlas tidak mampu menahannya dari siksa api neraka”.

“Jika engkau memang ingin Alqomah selamat dari api neraka, maka engkau harus memaafkan dan merelakan apa yang telah Alqomah lakukan.”

Mendengar hal tersebut, ibu Alqomah pun memafkan anaknya karena ia tak sanggup jika harus melihat Alqomah tersiksa dalam api neraka.

Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh ibunda Alqomah, Rasulullah pun meminta Bilal untuk mendatangi rumah Alqomah dan mengecek apakah Alqomah sudah dapat mengucapkan kalimat syahadat atau belum.

Ketulusan rasa maaf dari seorang ibu akan anaknya telah terbukti. Bilal yang telah sampai di depan pintu rumah Alqomah mendengar bahwa Alqomah telah mengucapkan kalimat “Laa ilaha illallah” dengan lancar dan wafat dalam keadaan yang baik.

Bilal pun masuk kedalam rumah tersebut dan menceritakan sebab Alqomah sukar untuk mengucapkan kalimat syahadat. Amal yang selama hidup Alqomah lakukan ternyata tidak mampu membendung murka dari ibunya sendiri.

Alqomah segera dimandikan, dikafani dan dishalatkan yang dipimpin oleh Rasulullah.

Selesai menguburkan, Nabi Muhammad SAW berpesan:

“Wahai sahabat Muhajirin dan Anshar. Siapa saja yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya maka ia terkena laknat Allah, malaikat dan manusia semuanya. Bahkan Allah tidak menerima darinya ibadah fardhu dan sunnatnya, kecuali jika bertaubat benar-benar kepada Allah dan berbuat baik pada ibunya serta meminta keridhoannya. Sebab ridha Allah terpaut dengan ridha ibu dan murka Allah juga dalam murka seorang ibu”

Subhaanallah.. Sahabatku.. Masihkah kita mendurhakai seorang ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita? Rasanya sungguh hina diri ini jika harus merasa senang di tengah penderitaan orang tua terutama ibu dan mengesampingkannya.

Semoga kisah nyata diatas bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya, Mari kita berbakti kepada ibu dan ayah kita dengan sekuat tenaga selama mereka berdua tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah SWT,,,,,,,,

Silahkan KLIK&SHARE jika dirasa bermanfaat.....

FASAL X MENGAMBIL PELAJARAN

Saat-saat Mengambil pelajaran
وينبغى أن يكون طالب العلم مستفيدا فى كل وقت حتى يحصل له الفضل والكمال فى العلم. وطريق الإستفادة أن يكون معه فى كل وقت محبرة حتى يكتب ما يسمع من الفوائدالعلمية.

Pelajar hendaknya menggunakan setiap kesempatan waktunya untuk belajar, terus-menerus sampai memperoleh keutamaan. Caranya dilakukan bisa dengan selalu menyediakan botol wadah tinta untuk mencatat segala hal-hal ilmiah yang didapatinya.

قيل: من حفظ فر ومن كتب قر. وقيل: العلم ما يؤخذ من أفواه الرجال، لأنهم يحفظون أحسن ما يسمعون، ويقولون أحسن ما يحفظون. وسمعت عن شيخ الإمام الأديب الأستاذ زين الإسلام المعروف بالأديب المختار يقول: قال هلال [بن زيد] بن يسار: رأيت النبى صلى الله عليه وسلم يقول لأصحابه شيئا من العلم والحكمة، فقلت يا رسول الله أعد لى ما قلت لهم، فقال لى: هل معك محبرة؟ فقلت: ما معى محبرة، فقال النبى عليه السلام: ياهلال لا تفارق المحبرة لأن الخير فيها وفى أهلها إلى يوم القيامة

Ada dikatakan : Hapalan akan lari, tapi tulisan tetap berdiri” dikatakan lagi: “Yang disebut ilmu yaitu segala apa yang didapat dari ucapan ahli ilmu, karena mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengarannya dan mengucapkan yang bagus itu dari hafalan tersebut” saya mendengar ucapan Syaikhul Ustadz Zainul Islam yang terkenal dengan gelar Adibul Mukhtar : Hilal bin Yasar berkata : “Kulihat Nabi saw. Mengemukakan sepatah ilmu dan hikmah kepada sahabat beliau, lalu usulku: “Ya Rasulullah, ulangilah untukku apa yang telah tuan sampaikan kepada mereka” beliau bertanya kepadaku : “apakah engkau bawa botol dawat?” jawabku : “tidak” beliaupun lagi bersabda : “Oh Hilal, janganlah engkau berpisah dari botol dawat, karena sampai hari kiamat kebagusan itu selalu disana dan pada yang membawanya”.

ووصى الصدر الشهيد حسام الدين إبنه شمس الدين أن يحفظ كل يوم شيئا من العلم والحكمة فإنه يسير، وعن قريب يكون كثيرا. واشترى عصام بن يوسف قلما بدينار ليكتب ما يسمعه فى الحال، فالعمر قصير والعلم كثير.

Yang mulya Hasanudin berwasiat kepada Syamsuddin putra beliau, agar setiap hari menghafal sedikit ilmu dan sepatah hikmah. Hal itu mudah dilakukan, dan dalam waktu singkat menjadi semakin banyak. Isham bin Yusuf membeli pena seharga satu dinar guna mencatat apa yang ia didengar seketika itu. Umur cukup pendek, sedang pengetahuan cukup banyak.

فينبغى أن لا يضيع طالب العلم الأوقات والساعات ويغتنم الليالى والخلوات. يحكى عن يحيى بن معاذ الرازى [أنه قال] الليل طويل فلا تقصره بمنامك، والنهار مضيئ فلا تكدره بآثامك.

Pelajar jangan sampai membuang-buang waktu dan saatnya, serta hendaknya mengambil kesempatan di malam hari dan di kala sepi. Dari Yahya bin Mu’adz Ar-Razi disebutkan : “malam itu panjang, jangan kau potong dengan tidur; dan siang itu bersinar cemerlang, maka jangan kau kotori dengan perbuatan dosa”.

Mengambil Pelajaran Dari Para Sesepuh
وينبغى أن يغتنم الشيوخ ويستفيد منهم، وليس كل ما فات يدرك، كما قال أستاذنا شيخ الإسلام فى مشيخته: كم من شيخ كبير أدركته وما استخبرته. وأقول على هذا الفوت منشئا هذا البيت:

لهفا على فوت التلاقى لهفا ما كل ما فات ويفنى يلفى

Hendaknya pelajar bisa mengambil pelajaran dari para sesepuh dan mencecap ilmu mereka. Tidak setiap yang telah berlalu bisa didapatkan kembali, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ustadz Syaikhul Islam dimsa tua beliau : Banyaklah orang-orang tua yang agung ilmu dan keutamaannya, saya ketemu tapi tidak mengambil sesuatu yang baik dari padanya, maka atas kelewatan tersebut, kuberkata dalam mengubah satu bait syi’ir dibawah ini:

Sayang seribu sayang, aku terlambat dan tak mendapat

Apapun yang pana dan terlewat, tak mesti bisa didapat

قال على رضى الله عنه: إذا كنت فى أمر فكن فيه، وكفى بالإعراض عن علم الله خزيا وخسارا واستعذ بالله منه ليلا ونهارا.

Ali ra berkata : Jikalau kamu menghadapi suatu perkara, maka tekunilah ia; berpaling dari ilmu Allah itu cukup akan membuat hina dan menyesal; mohonlah perlindungan Allah di waktu siang dan malam agar tidak melakukan tersebut diatas.

Prihatin Dan Rendah Di Mata Manusia
ولا بد لطالب العلم من تحمل المشقة والمذلة فى طلب العلم، والتملق مذموم إلا فى طلب العلم فإنه لا بد له من التملق للأستاذ والشريك وغيرهم للإستفادة منهم

Pelajar harus sanggup menanggung derita hidup yang terpandang rendah di mata manusia, selama menuntut ilmu, karena seorang murid itu harus bercumbu rayu dengan guru, temannya dan juga orang-orang lain untuk mengambil pelajaran dari mereka.

قيل: العلم عز لا ذل فيه، لا يدرك إلا بذل لا عز فيه.

وقال القائل: أرى لك نفسا تشتهى أن تعزها فلست تنال العز حــتى تذلها

Ada dikatakan : ilmu itu mulya tak bercampur hina, dan tak didapati hanya lewat kehinaan tak bercampur kemulyaan” (maksudnya didapat dengan penuh derita yang terpandang rendah dimata manusia).

Orang berkata :

Kulihat kamu, ingin supaya mulya dirimu

Tak bakal bisa, kecuali dengan tundukkan nafsumu

فصل

فى الورع فى حالة التعلم

Selasa, 01 November 2016

Bacaan Hizib Nashor

Bacaan Hizib Nashor

Hizib nashor adalah sebuah wirid dan doa karya seorang ulama sufi yang merupakan wali ALLAH SWT yaitu Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili. Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili masih memiliki garis keturuann yang bersambung langsung kepada Rasulullah SAW melalui cucunya Hasan. ia lahir di maroko dan meninggal di mesir, sedangkan masa hidupnya adalah pada tahun 1197M hingga tahun 1258M. ia jugalah yang merupakan pendiri tarekat Syadziliyah yang banyak diikuti oleh umat islam di dunia khususnya indonesia.

Ia sudah mampu menghafal Al-Qur'an di usianya yang masih sangat muda, selanjutnya ia menghabiskan hari harinya untuk belajar dan senantiasa beribadah kepada ALLAH SWT dengan ketulusan hati. selain hizib nashor, banyak sekali wirid wirid karyanya yang menjadi pegangan umat islam sampai saat ini. Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili juga menulis hizib lain yang diberi nama hizib bahar. baik hizb nashr maupun hizb bahr, keduanya telah dibaca dan diamalkan oleh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia hingga saat ini.

Hizb nashor sendiri memiliki banyak sekali manfaat dan faedah salah satunya adalah mampu mencegah bala', menggetarkan hati musuh dan untuk keselamatan. langsung saja berikut ini bacaan hizib nashor dalam tulisan/teks arab beserta artinya dalam bahasa indonesia . . .

Bacaan Hizib Nashor :
Hizib Nashor Dalam Versi Tulisan Arab

اَللَّهُمَّ بِسَطْوَةِ جَبَرُوتِ قَهْرِكَ, وَبِسُرْعَةِ إِغَاثَةِ نَصْرِكَ, وَبِغَيْرَتِكَ ْلإِنْتِهَاكِ حُرُمَاتِكَ, وَبِحِمَايَتِكَ لِمَنِ احْتَمَى بِآيَتِكَ, نَسْأَلُكَ يَااَلله يَاسَمِيْعُ يَاقَرِيْبُ يَامُجِيْبُ يَاسَرِيْعُ يَامُنْتَقِمُ يَاشَدِيْدَا الْبَطْشِ يَاجَبَّارُ يَاقَهَّارُ يَا مَنْ لاَيُعْجِزُهُ قَهْرُ الْجَباَبِرَةِ وَلاَ يَعْظُمُ عَلَيْهِ هَلاَكُ الْمُتَمَرِّدَةِ, مِنَ الْمُلُوْكِ وَاْلاَكَاسِرَةِ, أَنْ تَجْعَلَ كَيْدَ مَنْ كَادَنِىْ فِىْ نَحْرِهِ وَمَكْرَ مَنْ مَكَرَ بِىْ عَائِدًا عَلَيْهِ, وَحُفْرَةَ مَنْ حَفَرَلِىْ وَاقِعًا فِيْهَا, وَ مَنْ نَصَبَ لِىْ شَبَكَةَ الْخِدَاعِ إِجْعَلْهُ يَاسَيِّدِى مُسَاقًا اِلَيْهَا وَمُصَادًا فِيْهاً وَاَسِيْرًالَدَيْهَا, اَللَّهُمَّ بِحَقِّ: كهيعص إِكْفِنَا هَمَّ اْلعِدَا, وَلَقِّهِمُ الرَّدَا, وَاجْعَلْهُمْ لِكُلِّ حَبِيْبٍ فِدَا, وَسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَاجِلَ النِّقْمَةِ فِى اْليَوْمِ وَالْغَدَا, اَللَّهُمَّ بَدِّدْ شَمْلَهُمْ, اَللَّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ, اَللَّهُمَّ أَقْلِلْ عَدَدَهُمْ, اَللَّهُمَّ اجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ, اَللَّهُمَّ أَوْصِلِ اْلعَذَابَ إِلَيْهِمْ, اَللَّهُمَّ أَخْرِجْهُمْ عَنْ دَائِرَةِ الْحِلْمِ, وَاسْلُبْهُمْ مَدَدَ اْلاِ مْهَالِ, وَغُلَّ أَيْدِيَهُمْ, وَارْبُطْ عَلىَ قُلُوْبِهِمْ, وَلاَ تُبَلِّغْهُمُ اْلاَمَالُ, اَللَّهُمَّ مَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ مَزَّقْتَهُ مِنْ اَعْدَائِكَ, إِنْتِصَارً اِلاَنْبِيَائِكَ وَرَسُلِكَ وَاَوْلِيَائِكَ,
( اَللَّهُمَّ انْتَصِرْ لَناَ انْتِصَارَكَ ِلأَحْباَبِكَ عَلىَ اَعْدَائِكَ.3× ).
( اَللَّهُمَّ لاَ تُمَكِّنِ اْلاَعْدَاءَ فِيْناَ وَلاَ تُسَلِّطْهُمْ عَلَيْناَ بِذُنُوْبِناَ. 3×)
حم حم حم حم حم حم حم, حُمَّ ْلأَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرُ فَعَلَيْناَ لاَيُنْصَرُوْنَ, حمعسق حِمَايَتُناَ مِمَّا نَخَافُ, اَللَّهُمَّ قِناَشَرَّاْلاَسْوَاءِ وَلاَ تَجْعَلْناَ مَحَلاًّ لِلْبَلْوَى, اَللَّهُمَّ أَعْطِناَ أَمَلَ الرَّجَاءِ وَفَوْقَ اْلأَمَلِ, يَاهُوْ يَاهُوْ يَاهُوْ, يَامَنْ بِفَضْلِهِ لِفَضْلِهِ نَسْأَلُكَ, إِلَهِى اْلإِجَابَةَ اْلإِجَابَةْ, يَا مَنْ أَجَابَ نُوْحًا فِى قَوْمِهِ, وَ يَا مَنْ نَصَرَ اِبْرَاهِيْمَ عَلىَ اَعْدَائِهِ, وَ يَا مَنْ رَدَّ يُوْسُفَ عَلىَ يَعْقُوْبَ, يَا مَنْ كَشَفَ ضُرَّ أَيُّوْبَ, يَا مَنْ أَجَابَ دَعْوَةَ زَكَرِيَّا, يَا مَنْ قَبِلَ تَسْبِيْحَ يُوْنُسَ بْنِ مَتَّى, نَسْأَلُكَ بِأَسْرَارِ هَذِهِ الدَّعْوَاتِ, أَنْ تَقَبَّلَ مَابِهِ دَعَوْناَكَ, وَ اَنْ تُعْطِيَناَ مَاسَأَلْناَكَ, أَنْجِزْلَناَ وَعْدَكَ الَّذِى وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ, لاَ اِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ, إِنْقَطَعَتْ آمَالُناَ وَعِزَّتِكَ اِلاَّمِنْكَ, وَخَابَ رَجَاؤُناَ وَحَقِّكَ اِلاَّفِيْكَ , إِنْ أَبْطَأَتْ غَارَةُ اْلأَرْحَامِ وَابْتَعَدَتْ فَأَقْرَبُ اٌشَىْءِ مِنَّا غَارَةُالله, يَاغَارَةُ اللهِ جِدِّى السَّيْرَ مُسْرِعَةً فِى حَلِّ عُقْدَتِناَ يَاغَارَةُ اللهِ, عَدَتِالْعَادُوْنَ وَجَارُوْا, وَرَجَوْناَ الله مُجِيْرًا, وَكَفَى بِاللهِ وَلِياً, وَكَفَى بِاللهِ نَصِيْرًا, وَ حَسْبُنَاالله وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ , وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِىِّ اْلعَظِيْمِ, سَلاَمٌ عَلىَ نُوْحٍ فِى اْلعَالَمِيْنَ, إِسْتَجِبْ لَناَ, ( آمِيْنَ. 3×)
فَقُطِعَ دَابِرُ اْلقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا, وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ, وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Terjemahan Bahasa Indonesia Hizib Nashor
“ Ya Allah, dengan serbuan kekuasaan sifat kemenangan-MU, dengan pertolongan sifat Penolong-MU, dengan kecermatan-MU terhadap perongrongan kehormatan-MU dan dengan perlindungan-MU terhadap orang yang memohon perlindungan dengan ayat-ayat-MU, kami memohon kepada-MU Ya Allah, Duhai Dzat Yang Maha Mendengar, Duhai Dzat Yang Maha Dekat, Duhai Dzat Yang Maha Pengabul, Duhai Dzat Yang Maha cepat berlaku Aqdla-NYA, Duhai Dzat Yang Maha Penyiksa, Duhai Dzat Yang Maha keras siksaan-NYA, Duhai Dzat Yang Maha Pemaksa, Duhai Dzat Yang Maha Menang, Duhai Dzat Yang tidak akan melemahkan-NYA keperkasaan pemaksa dan yang tidak akan mengagungkan pada-NYA kebinasaan raja-raja dan kaisar-kaisar pendurhaka, hendaklah Engkau jadikan tipu daya orang yang menipu dayaku dalam lehernya, hendaklah Engkau jadikan tipuan orang yang menipuku agar kembali kepadanya, dan lubang orang orang yang menggali agar aku terjerumus kedalamnya dan orang yang memasang perangkap tipuan untukku, jadikanlah ia tergiring kepadanya dan terperangkap kepadanya serta tertahan padanya.

Ya Allah dengan kehormatan كهيعص semoga Engkau mencukupiku atas musuh-musuhku, dan semoga Kau binasakan mereka dan jadikanlah mereka untuk tiap kekasih sebagai tebusan , jadikanlah untuk mereka kesegeraan siksaan pada hari ini dan esok pagi. Wahai Allah, semoga Engkau porak-porandakan perkumpulan mereka, cerai-beraikanlah persatuan mereka, Wahai Allah sedikitkanlah jumlah mereka.

Ya Allah semoga Engkau jadikan lingkungan siksaan atas mereka, Ya Allah sampaikanlah siksaan kepada mereka, Ya Allah keluarkanlah mereka dari sifat santun Engkau, cabutlah penangguhan siksaan atas mereka, belenggulah tangan-tangan mereka dan ikatlah hati-hati mereka dan janganlah Kau sampaikan angan-angan mereka. Ya Allah robeklah mereka dengan robekan-robekan yang Engkau robekkan musuh-musuh Engkau untuk menolong nabi-nabi Engkau dan utusan-utusan serta kekasih Engkau. Ya Allah berilah kami pertolongan dengan pertolongan yang Engkau berikan kepada kekasih-kekasih-MU terhadap musuh-musuh-MU ( 3x )
Ya Allah, janganlah Engkau mungkinkan musuh-musuh bagi kami, dan janganlah Engkau kuasakan mereka atas kami dan janganlah Engkau kuasakan mereka atas kami karena dosa-dosa kami ( 3x )
حم ( 7x ) telah pasti perkara dan telah datang kemenangan dan atas kami semoga mereka tidak diberi kemenangan , عسق حم adalah penjaga kami dari ketakutan yang kami takuti. Wahai Allah lindungilah kami dari kejahatan yang menyusahkan dan janganlah Engkau jadikan kami sebagai tempat ujian. Ya Allah, semoga Engkau beri kami atas harapan kami dan yang diatas harapan kami. Ya Huu…Ya Huu…Ya Huu

Wahai Dzat yang dengan anugerah-NYA untuk anugerah-NYA kami mohon kepada-MU kesegeraan, kesegeraan, Duhai Tuhan kami kami mohon dikabulkan, Mohon dikabulkan wahai Dzat yang mengabulkan Nuh atas kaumnya, Wahai Dzat yang menolong Ibrahim terhadap musuh-musuhnya, Wahai Dzat yang mengembalikan Nabi Yusuf kepada Ya’kub, Wahai Dzat yang menyingkap kemelaratan Nabi Ayyub, Wahai Dzat yang mengabulkan do’a Nabi Zakaria, Wahai Dzat yang menerima tasbih nabi Yunus bin Matta, kami mohon kepada-MU dengan lantaran doa-doa ini, semoga Engkau menerima perkara-perkara yang kami mohonkan Kepada-MU dan berilah kami apa-apa yang kami mohon kepada-MU , semoga Engkau tunaikan janji –MU seperti yang Kau tunaikan kepada hamba-hamba-MU yang MU’min. Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menganiaya, telah putus harapan kami, demi kemulyaan Engkau melainkan dari Engkau, dan telah gagal harapan kami, demi kebenaran Engkau melainkan kepada Engkau. Jika bantuan dari kerabat terlambat dan menjauh, maka sedekat-dekat pertolongan adalah pertolongan-MU.

Wahai bantuan Allah, ayunkanlah langkah kami dengan cepat dalam menguraikan keruwetan kami, Wahai Allah, telah melampaui batas orang-orang yang melampaui batas dan mereka durhaka, sedang kami mengharapkan Allah sebagai Penolong kami. Cukuplah bagi kami Allah sebagai Pemelihara, cukuplah bagi kami Allah sebagai Penolong. Allahlah yang mencukupi kami dan Dialah sebaik-baik wakil. Tidak ada daya ( untuk menghindar dari maksiat ) dan tidak ada kekuatan untuk beribadah selain dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Kesejahteraan dilimpahkan atas Nabi Nuh diseluruh alam. Semoga Engkau kabulkan doa kami. Kabulkanlah Ya Allah. 3x. Kemudian babatlah barisan belakang kaum yang dholim.
Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Dan semoga rahmat ta;dzim senantiasa terlimpah atas junjungan kami Nabi Muhammad, atas keluarganya dan semua sahabat beliau….”
Semoga hizib nashor karya Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili diatas bisa kita amalkan sehari hari agar semakin mendekatkan kita kepada ALLAH SWT. wallahu a'lam.


Salah satu puncak gambaran hasil keputusan wirid hizib nashor ada dalam Alqur'an surah yasin ayat 1 - 12

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ 
یسۤ ۝  وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡحَكِیمِ ۝  إِنَّكَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِینَ ۝  عَلَىٰ صِرَ ٰ⁠طࣲ مُّسۡتَقِیمࣲ ۝  تَنزِیلَ ٱلۡعَزِیزِ ٱلرَّحِیمِ ۝  لِتُنذِرَ قَوۡمࣰا مَّاۤ أُنذِرَ ءَابَاۤؤُهُمۡ فَهُمۡ غَـٰفِلُونَ ۝  لَقَدۡ حَقَّ ٱلۡقَوۡلُ عَلَىٰۤ أَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا یُؤۡمِنُونَ ۝  إِنَّا جَعَلۡنَا فِیۤ أَعۡنَـٰقِهِمۡ أَغۡلَـٰلࣰا فَهِیَ إِلَى ٱلۡأَذۡقَانِ فَهُم مُّقۡمَحُونَ ۝  وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَیۡنِ أَیۡدِیهِمۡ سَدࣰّا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدࣰّا فَأَغۡشَیۡنَـٰهُمۡ فَهُمۡ لَا یُبۡصِرُونَ ۝  وَسَوَاۤءٌ عَلَیۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا یُؤۡمِنُونَ ۝  إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلذِّكۡرَ وَخَشِیَ ٱلرَّحۡمَـٰنَ بِٱلۡغَیۡبِۖ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةࣲ وَأَجۡرࣲ كَرِیمٍ ۝  إِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَـٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَیۡءٍ أَحۡصَیۡنَـٰهُ فِیۤ إِمَامࣲ مُّبِینࣲ)

[Surat Ya-Sin 1 - 12]

Sabtu, 29 Oktober 2016

313 NAMA PARA AHLUL BADR

313 NAMA PARA AHLUL BADR

Diriwayatkan di dalam shohih Bukori ketika Rosululloh Saw meminta pendapat kaum Anshor untuk berperang di medan Badar maka salah seorang Kaum Anshor berkata :

“Yaa Rosulalloh kami akan bersamamu, kemana pun engkau pergi, kami akan bersamamu, kalau engkau masuk ke dalam lautan kami bersamamu ke dalam lautan, tidak satu pun yang tersisa dari kami terkecuali ikut bersamamu ke dalam lautan, Barangkali kalau kami mati bersamamu bisa membuatmu gembira".

“Datanglah Malaikat Jibril as pada Nabi Saw dan berkata: apa pendapat kalian tentang ahlul Badr diantara kalian ??, maka bersabda Rasulullah saw : mereka adalah muslimin yang paling mulia,(atau kalimat yang bermakna demikian), lalu berkata Jibril as : demikian pula yg mengikuti perang Badr dari kelompok malaikat, mereka malaikat yang terbaik”
(Shahih Bukhari)

berikut nama-nama Ahlul badr :

1. Sayyidina Muhammad SAW.
2. Abu Bakar as-Siddiq ra.
3. Umar bin Khattab ra.
4. Utsman bin Affan ra.
5. Ali bin Abu Tholib ra.
6. Talhah bin ‘Ubaidillah ra.
7. Bilal bin Rabbah ra.
8. Hamzah bin Abdul Muttolib ra.
9. Abdullah bin Jahsyi ra.
10. Al-Zubair bin al-Awwam ra.
11. Mus’ab bin Umair bin Hasyim ra.
12. Abdur Rahman bin ‘Auf ra.
13. Abdullah bin Mas’ud ra.
14. Sa’ad bin Abi Waqqas ra.
15. Abu Kabsyah al-Faris ra.
16. Anasah al-Habsyi ra.
17. Zaid bin Harithah al-Kalbi ra.
18. Marthad bin Abi Marthad al-Ghanawi ra.
19. Abu Marthad al-Ghanawi ra.
20. Al-Husain bin al-Harits bin Abdul Muttolib ra.
21. ‘Ubaidah bin al-Harits bin Abdul Muttolib ra.
22. Al-Tufail bin al-Harits bin Abdul Muttolib ra.
23. Mistah bin Usasah bin ‘Ubbad bin Abdul Muttolib ra.
24. Abu Huzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah ra.
25. Subaih (maula Abi ‘Asi bin Umaiyyah) ra.
26. Salim (maula Abu Huzaifah) ra.
27. Sinan bin Muhsin ra.
28. ‘Ukasyah bin Muhsin ra.
29. Sinan bin Abi Sinan ra.
30. Abu Sinan bin Muhsin ra.
31. Syuja’ bin Wahab ra.
32. ‘Utbah bin Wahab ra.
33. Yazid bin Ruqais ra.
34. Muhriz bin Nadhlah ra.
35. Rabi’ah bin Aksam ra.
36. Thaqfu bin Amir ra.
37. Malik bin Amir ra.
38. Mudlij bin Amir ra.
39. Abu Makhsyi Suwaid bin Makhsyi al-To’i ra.
40. ‘Utbah bin Ghazwan ra.
41. Khabbab (maula ‘Utbah bin Ghazwan) ra.
42. Hathib bin Abi Balta’ah al-Lakhmi ra.
43. Sa’ad al-Kalbi (maula Hathib) ra.
44. Suwaibit bin Sa’ad bin Harmalah ra.
45. Umair bin Abi Waqqas ra.
46. Al-Miqdad bin ‘Amru ra.
47. Mas’ud bin Rabi’ah ra.
48. Zus Syimalain Amru bin Amru ra.
49. Khabbab bin al-Arat al-Tamimi ra.
50. Amir bin Fuhairah ra.
51. Suhaib bin Sinan ra.
52. Abu Salamah bin Abdul Asad ra.
53. Syammas bin Uthman ra.
54. Al-Arqam bin Abi al-Arqam ra.
55. Ammar bin Yasir ra.
56. Mu’attib bin ‘Auf al-Khuza’i ra.
57. Zaid bin al-Khattab ra.
58. Amru bin Suraqah ra.
59. Abdullah bin Suraqah ra.
60. Sa’id bin Zaid bin Amru ra.
61. Mihja bin Akk (maula Umar bin al-Khattab) ra.
62. Waqid bin Abdullah al-Tamimi ra.
63. Khauli bin Abi Khauli al-Ijli ra.
64. Malik bin Abi Khauli al-Ijli ra.
65. Amir bin Rabi’ah ra.
66. Amir bin al-Bukair ra.
67. Aqil bin al-Bukair ra.
68. Khalid bin al-Bukair ra.
69. Iyas bin al-Bukair ra.
70. Uthman bin Maz’un ra.
71. Qudamah bin Maz’un ra.
72. Abdullah bin Maz’un ra.
73. Al-Saib bin Uthman bin Maz’un ra.
74. Ma’mar bin al-Harith ra.
75. Khunais bin Huzafah ra.
76. Abu Sabrah bin Abi Ruhm ra.
77. Abdullah bin Makhramah ra.
78. Abdullah bin Suhail bin Amru ra.
79. Wahab bin Sa’ad bin Abi Sarah ra.
80. Hatib bin Amru ra.
81. Umair bin Auf ra.
82. Sa’ad bin Khaulah ra.
83. Abu Ubaidah Amir al-Jarah ra.
84. Amru bin al-Harith ra.
85. Suhail bin Wahab bin Rabi’ah ra.
86. Safwan bin Wahab ra.
87. Amru bin Abi Sarah bin Rabi’ah ra.
88. Sa’ad bin Muaz ra.
89. Amru bin Muaz ra.
90. Al-Harith bin Aus ra.
91. Al-Harith bin Anas ra.
92. Sa’ad bin Zaid bin Malik ra.
93. Salamah bin Salamah bin Waqsyi ra.
94. ‘Ubbad bin Waqsyi ra.
95. Salamah bin Thabit bin Waqsyi ra.
96. Rafi’ bin Yazid bin Kurz ra.
97. Al-Harith bin Khazamah bin ‘Adi ra.
98. Muhammad bin Maslamah al-Khazraj ra.
99. Salamah bin Aslam bin Harisy ra.
100. Abul Haitham bin al-Tayyihan ra.
101. ‘Ubaid bin Tayyihan ra.
102. Abdullah bin Sahl ra.
103. Qatadah bin Nu’man bin Zaid ra.
104. Ubaid bin Aus ra.
105. Nasr bin al-Harith bin ‘Abd ra.
106. Mu’attib bin ‘Ubaid ra.
107. Abdullah bin Tariq al-Ba’lawi ra.
108. Mas’ud bin Sa’ad ra.
109. Abu Absi Jabr bin Amru ra.
110. Abu Burdah Hani’ bin Niyyar al-Ba’lawi ra.
111. Asim bin Thabit bin Abi al-Aqlah ra.
112. Mu’attib bin Qusyair bin Mulail ra.
113. Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid ra.
114. Umair bin Mab’ad bin al-Az’ar ra.
115. Sahl bin Hunaif bin Wahib ra.
116. Abu Lubabah Basyir bin Abdul Munzir ra.
117. Mubasyir bin Abdul Munzir ra.
118. Rifa’ah bin Abdul Munzir ra.
119. Sa’ad bin ‘Ubaid bin al-Nu’man ra.
120. ‘Uwaim bin Sa’dah bin ‘Aisy ra.
121. Rafi’ bin Anjadah ra.
122. ‘Ubaidah bin Abi ‘Ubaid ra.
123. Tha’labah bin Hatib ra.
124. Unais bin Qatadah bin Rabi’ah ra.
125. Ma’ni bin Adi al-Ba’lawi ra.
126. Thabit bin Akhram al-Ba’lawi ra.
127. Zaid bin Aslam bin Tha’labah al-Ba’lawi ra.
128. Rib’ie bin Rafi’ al-Ba’lawi ra.
129. Asim bin Adi al-Ba’lawi ra.
130. Jubr bin ‘Atik ra.
131. Malik bin Numailah al-Muzani ra.
132. Al-Nu’man bin ‘Asr al-Ba’lawi ra.
133. Abdullah bin Jubair ra.
134. Asim bin Qais bin Thabit ra.
135. Abu Dhayyah bin Thabit bin al-Nu’man ra.
136. Abu Hayyah bin Thabit bin al-Nu’man ra.
137. Salim bin Amir bin Thabit ra.
138. Al-Harith bin al-Nu’man bin Umayyah ra.
139. Khawwat bin Jubair bin al-Nu’man ra.
140. Al-Munzir bin Muhammad bin ‘Uqbah ra.
141. Abu ‘Uqail bin Abdullah bin Tha’labah ra.
142. Sa’ad bin Khaithamah ra.
143. Munzir bin Qudamah bin Arfajah ra.
144. Tamim (maula Sa’ad bin Khaithamah) ra.
145. Al-Harith bin Arfajah ra.
146. Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair ra.
147. Sa’ad bin al-Rabi’ bin Amru ra.
148. Abdullah bin Rawahah ra.
149. Khallad bin Suwaid bin Tha’labah ra.
150. Basyir bin Sa’ad bin Tha’labah ra.
151. Sima’ bin Sa’ad bin Tha’labah ra.
152. Subai bin Qais bin ‘Isyah ra.
153. ‘Ubbad bin Qais bin ‘Isyah ra.
154. Abdullah bin Abbas ra.
155. Yazid bin al-Harith bin Qais ra.
156. Khubaib bin Isaf bin ‘Atabah ra.
157. Abdullah bin Zaid bin Tha’labah ra.
158. Huraith bin Zaid bin Tha’labah ra.
159. Sufyan bin Bisyr bin Amru ra.
160. Tamim bin Ya’ar bin Qais ra.
161. Abdullah bin Umair ra.
162. Zaid bin al-Marini bin Qais ra.
163. Abdullah bin ‘Urfutah ra.
164. Abdullah bin Rabi’ bin Qais ra.
165. Abdullah bin Abdullah bin Ubai ra.
166. Aus bin Khauli bin Abdullah ra.
167. Zaid bin Wadi’ah bin Amru ra.
168. ‘Uqbah bin Wahab bin Kaladah ra.
169. Rifa’ah bin Amru bin Amru bin Zaid ra.
170. Amir bin Salamah ra.
171. Abu Khamishah Ma’bad bin Ubbad ra.
172. Amir bin al-Bukair ra.
173. Naufal bin Abdullah bin Nadhlah ra.
174. ‘Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan ra.
175. ‘Ubadah bin al-Somit ra.
176. Aus bin al-Somit ra.
177. Al-Nu’man bin Malik bin Tha’labah ra.
178. Thabit bin Huzal bin Amru bin Qarbus ra.
179. Malik bin Dukhsyum bin Mirdhakhah ra.
180. Al-Rabi’ bin Iyas bin Amru bin Ghanam ra.
181. Waraqah bin Iyas bin Ghanam ra.
182. Amru bin Iyas ra.
183. Al-Mujazzar bin Ziyad bin Amru ra.
184. ‘Ubadah bin al-Khasykhasy ra.
185. Nahhab bin Tha’labah bin Khazamah ra.
186. Abdullah bin Tha’labah bin Khazamah ra.
187. Utbah bin Rabi’ah bin Khalid ra.
188. Abu Dujanah Sima’ bin Kharasyah ra.
189. Al-Munzir bin Amru bin Khunais ra.
190. Abu Usaid bin Malik bin Rabi’ah ra.
191. Malik bin Mas’ud bin al-Badan ra.
192. Abu Rabbihi bin Haqqi bin Aus ra.
193. Ka’ab bin Humar al-Juhani ra.
194. Dhamrah bin Amru ra.
195. Ziyad bin Amru ra.
196. Basbas bin Amru ra.
197. Abdullah bin Amir al-Ba’lawi ra.
198. Khirasy bin al-Shimmah bin Amru ra.
199. Al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh ra.
200. Umair bin al-Humam bin al-Jamuh ra.
201. Tamim (maula Khirasy bin al-Shimmah) ra.
202. Abdullah bin Amru bin Haram ra.
203. Muaz bin Amru bin al-Jamuh ra.
204. Mu’awwiz bin Amru bin al-Jamuh ra.
205. Khallad bin Amru bin al-Jamuh ra.
206. ‘Uqbah bin Amir bin Nabi bin Zaid ra.
207. Hubaib bin Aswad ra.
208. Thabit bin al-Jiz’i ra.
209. Umair bin al-Harith bin Labdah ra.
210. Basyir bin al-Barra’ bin Ma’mur ra.
211. Al-Tufail bin al-Nu’man bin Khansa’ ra.
212. Sinan bin Saifi bin Sakhr bin Khansa’ ra.
213. Abdullah bin al-Jaddi bin Qais ra.
214. Atabah bin Abdullah bin Sakhr ra.
215. Jabbar bin Umaiyah bin Sakhr ra.
216. Kharijah bin Humayyir al-Asyja’i ra.
217. Abdullah bin Humayyir al-Asyja’i ra.
218. Yazid bin al-Munzir bin Sahr ra.
219. Ma’qil bin al-Munzir bin Sahr ra.
220. Abdullah bin al-Nu’man bin Baldumah ra.
221. Al-Dhahlak bin Harithah bin Zaid ra.
222. Sawad bin Razni bin Zaid ra.
223. Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram ra.
224. Abdullah bin Qais bin Sakhr bin Haram ra.
225. Abdullah bin Abdi Manaf ra.
226. Jabir bin Abdullah bin Riab ra.
227. Khulaidah bin Qais bin al-Nu’man ra.
228. An-Nu’man bin Yasar ra.
229. Abu al-Munzir Yazid bin Amir ra.
230. Qutbah bin Amir bin Hadidah ra.
231. Sulaim bin Amru bin Hadidah ra.
232. Antarah (maula Qutbah bin Amir) ra.
233. Abbas bin Amir bin Adi ra.
234. Abul Yasar Ka’ab bin Amru bin Abbad ra.
235. Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qais ra.
236. Amru bin Talqi bin Zaid bin Umaiyah ra.
237. Muaz bin Jabal bin Amru bin Aus ra.
238. Qais bin Mihshan bin Khalid ra.
239. Abu Khalid al-Harith bin Qais bin Khalid ra.
240. Jubair bin Iyas bin Khalid ra.
241. Abu Ubadah Sa’ad bin Uthman ra.
242. ‘Uqbah bin Uthman bin Khaladah ra.
243. Ubadah bin Qais bin Amir bin Khalid ra.
244. As’ad bin Yazid bin al-Fakih ra.
245. Al-Fakih bin Bisyr ra.
246. Zakwan bin Abdu Qais bin Khaladah ra.
247. Muaz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah ra.
248. Aiz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah ra.
249. Mas’ud bin Qais bin Khaladah ra.
250. Rifa’ah bin Rafi’ bin al-Ajalan ra.
251. Khallad bin Rafi’ bin al-Ajalan ra.
252. Ubaid bin Yazid bin Amir bin al-Ajalan ra.
253. Ziyad bin Lubaid bin Tha’labah ra.
254. Khalid bin Qais bin al-Ajalan ra.
255. Rujailah bin Tha’labah bin Khalid ra.
256. Atiyyah bin Nuwairah bin Amir ra.
257. Khalifah bin Adi bin Amru ra.
258. Rafi’ bin al-Mu’alla bin Luzan ra.
259. Abu Ayyub bin Khalid al-Ansari ra.
260. Thabit bin Khalid bin al-Nu’man ra.
261. ‘Umarah bin Hazmi bin Zaid ra.
262. Suraqah bin Ka’ab bin Abdul Uzza ra.
263. Suhail bin Rafi’ bin Abi Amru ra.
264. Adi bin Abi al-Zaghba’ al-Juhani ra.
265. Mas’ud bin Aus bin Zaid ra.
266. Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid ra.
267. Rafi’ bin al-Harith bin Sawad bin Zaid ra.
268. Auf bin al-Harith bin Rifa’ah ra.
269. Mu’awwaz bin al-Harith bin Rifa’ah ra.
270. Muaz bin al-Harith bin Rifa’ah ra.
271. An-Nu’man bin Amru bin Rifa’ah ra.
272. Abdullah bin Qais bin Khalid ra.
273. Wadi’ah bin Amru al-Juhani ra.
274. Ishmah al-Asyja’i ra.
275. Thabit bin Amru bin Zaid bin Adi ra.
276. Sahl bin ‘Atik bin al-Nu’man ra.
277. Tha’labah bin Amru bin Mihshan ra.
278. Al-Harith bin al-Shimmah bin Amru ra.
279. Ubai bin Ka’ab bin Qais ra.
280. Anas bin Muaz bin Anas bin Qais ra.
281. Aus bin Thabit bin al-Munzir bin Haram ra.
282. Abu Syeikh bin Ubai bin Thabit ra.
283. Abu Tolhah bin Zaid bin Sahl ra.
284. Abu Syeikh Ubai bin Thabit ra.
285. Harithah bin Suraqah bin al-Harith ra.
286. Amru bin Tha’labah bin Wahb bin Adi ra.
287. Salit bin Qais bin Amru bin ‘Atik ra.
288. Abu Salit bin Usairah bin Amru ra.
289. Thabit bin Khansa’ bin Amru bin Malik ra.
290. Amir bin Umaiyyah bin Zaid ra.
291. Muhriz bin Amir bin Malik ra.
292. Sawad bin Ghaziyyah ra.
293. Abu Zaid Qais bin Sakan ra.
294. Abul A’war bin al-Harith bin Zalim ra.
295. Sulaim bin Milhan ra.
296. Haram bin Milhan ra.
297. Qais bin Abi Sha’sha’ah ra.
298. Abdullah bin Ka’ab bin Amru ra.
299. ‘Ishmah al-Asadi ra.
300. Abu Daud Umair bin Amir bin Malik ra.
301. Suraqah bin Amru bin ‘Atiyyah ra.
302. Qais bin Mukhallad bin Tha’labah ra.
303. Al-Nu’man bin Abdi Amru bin Mas’ud ra.
304. Al-Dhahhak bin Abdi Amru ra.
305. Sulaim bin al-Harith bin Tha’labah ra.
306. Jabir bin Khalid bin Mas’ud ra.
307. Sa’ad bin Suhail bin Abdul Asyhal ra.
308. Ka’ab bin Zaid bin Qais ra.
309. Bujir bin Abi Bujir al-Abbasi ra.
310. ‘Itban bin Malik bin Amru al-Ajalan ra.
311. ‘Ismah bin al-Hushain bin Wabarah ra.
312. Hilal bin al-Mu’alla al-Khazraj ra.
313. Oleh bin Syuqrat ra. (khadam Nabi s.a.w.)

Sungguh telah sampai riwayat pada kami telah berkata Abu Dzarr ra kepada Rosululloh Saw :

" Wahai Rasulullah.. seseorang mencintai suatu kaum namun tak mampu beramal seperti amal mereka", maka Rosul Saw menjawab : " Engkau wahai Abu Dzarr akan bersama orang yang kau cintai", maka Abu Dzar berkata : "Aku sungguh mencintai Alloh dan Rosul Nya..!", maka Rosul saw menjawab : "engkau bersama yang kau cintai"
(HR Shahih Ibn Hibban, Adabulmufrad Imam Bukhari, Musnad Ahmad dll)

Wahai Alloh ... Zat Yang Membangkitkan semangat...

Bangkitkanlah semangat Ahlul Badr pada jiwa pemuda pemudi kami, penuhi jiwa muslimin hingga mengIDOLAkan Ahlul Badr, mengIDOLAkan Imam Ahlul Badr, Sayyidina wa Qudwatuna Maulana Muhammad saw..!!!

ﻃﻠﻊ ﺍﻟﺒﺪﺭ ﻋﻠﻴﻨﺎ ¤ ﻣﻦ ﺛﻨﻴﺔ ﺍﻟﻮﺩﺍﻉ
Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyyatil wadâ’i
ﻭﺟﺐ ﺍﻟﺸﮑﺮ ﻋﻠﻴﻨﺎ ¤ ﻣﺎ ﺩﻋﺎ ﻟﻠﻪ ﺩﺍﻉ
Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î
ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻤﺒﻌﻮﺙ ﻓﻴﻨﺎ ¤ ﺟﺌﺖ ﺑﺎﻷﻣﺮ ﺍﻟﻤﻄﺎﻉ
Ayyuhâl mab’ûtsu fînâ ji,ta bil amril muthô’i
ﺃﻧﺖ ﻏﻮﺛﻨﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ ¤ ﻳﺎ ﻣﺠﻤﻞ ﺍﻟﻄﺒﺎﻉ
Anta ghoutsunâ jamî’ân yâ mujammalath-thibâ’i
ﮐﻦ ﺷﻔﻴﻌﺎ ﻳﺎﺣﺒﻴﺒﯽ ¤ ﻳﻮﻡ ﺣﺸﺮ ﻭﺍﺟﺘﻤﺎﻉ
Kun syafî’ân yâ habîbî yauma hasyrin wajtimâ’i
ﺭﺑﻨﺎ ﺻﻞ ﻋﻠﯽ ﻣﻦ ¤ ﺣﻞ ﻓﯽ ﺧﻴﺮ ﺍﻟﺒﻘﺎﻉ
Robbanâ sholli ‘alâ man halla fî khoiril biqô’i
ﻭﺍﺳﺒﻞ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻋﻠﻴﻨﺎ ¤ ﻭﺍﮐﻔﻨﺎ ﺷﺮ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ
Fasbilis-sitro ‘alaynâ wakfinâ syarron-nizâ’i
ﻭ ﺃﻏﺜﻨﺎ ﻓﯽ ﺍﻟﺒﻼﻳﺎ ¤ ﻳﺎ ﻣﻐﻴﺜﺎ ﮐﻞ ﺩﺍﻉ
Wa aghitsnâ fîl balâyâ yâ mughîtsân kulla dâ’i
ﻭﺻﻼﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﺩﻭﺍﻣﺎ ¤ ﻟﻠﻨﺒﯽ ﺷﻤﺲ ﺍﻟﺒﻘﺎﻉ
Wa sholâtullâhi dawâmâ linnabiy syamsil biqô’i
ﻭﮔﺬﺍ ﺍﻝ ﻭﺻﺤﺐ ¤ ﻣﺎﺳﻌﯽ ﻟﻠﻪ ﺳﺎﻉ
Wa kadzâ âlin wa shohbin mâ sa’â lillâhi sâ’i
**********************************************************
©zawiyyahmahabbah@2016™

Jumat, 28 Oktober 2016

SIFAT SOMBONG

Manusia Punya Sifat Sombong :

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىسيّدنامُحَمَّدٍوَ عَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّد
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.”
(HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)

Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap sombong.

Islam Melarang dan Mencela Sikap Sombong,  Allah
Ta’ala berfirman,

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ  (18)

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS. Luqman 18)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.”
(QS. An Nahl 23)

Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong)". (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).

Sebagian salaf menjelaskan  bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ (34)

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“
(QS. Al Baqarah 34)

Qotadah berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam”
(Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“
(HR. Muslim no. 91)

Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan  dengan ayat dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran tersebut. Hal ini seperti yang Allah terangkan dalam firman-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سًلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي صُدُورِهِمْ إِلاَّ كِبْرٌ مَّاهُم بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (56)

“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa lasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-klai tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat”
(QS. Ghafir 56)

Bentuk kesombongan yang kedua adalah sombong terhadap makhluk, yakni dengan meremehkan dan merendahkannya. Hal ini muncul karena seseorang bangga dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain. Kebanggaaan terhadap diri sendiri membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim”
(H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195)

Dan orang-orang yang sombong adalah para penduduk neraka Jahannam, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ

“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk sorga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan.”
(Hadits Shahih. Riwayat Ahmad, 2/114; Al-Hakim, 2/499)

Sikap seorang muslim terhadap setiap kebenaran adalah menerimanya secara penuh sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,

وَمَاكَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا (36)

“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.”
(QS. Al-Ahzab 36)

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (65)

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”
(QS. An Nisaa’ 65)

Maha benar Allah dg segala firmanNya.
Met pagi dan beraktifitas...

Ciri- Ciri Akal Fikiran Manusia

Ciri- Ciri Akal Fikiran Manusia

MANUSIA CERDAS
rojulun la yadri wa yadri annahu la yadri, fa bidzalika mustarsyidun fa arsyiduhu. Manusia yang tidak mengerti namun ia tahu kalau dirinya tidak mengerti. Manusia model ini relatif baik, karena orang-orang yang selalu ingin belajar untuk lebih mengerti adalah manusia yang memiliki sifat selalu ingin memperbaiki diri. Inilah orang-orang yang cerdas-al kayyis- yaitu orang-orang yang tidak melakukan sesuatu perbuatan kecuali telah jelas halal atau haramnya. Manusia model ini adalah manusia yang selalu terikat dengan syara’. Apa yang dimakan, dipakai dan yang dijkerjakan selalu terukur dan berlandaskan pada hukum Tuhan.

MANUSIA BODOH
rojulun la yadri wa la yadri annahu la yadri, fabidzalika jahilun fatrukuhu,
manusia yang tidak mengerti kalau dirinya tidak mengerti, inilah manusia bodoh. Karena orang-orang seperti ini biasanya tidak mau belajar dan tidak mau peduli dengan hukum-hukum. Mereka termasuk manusia-manusia yang selalu mengedepankan syahwat (nafsu) dunia semata.

MANUSIA BERILMU
rojulun yadri wa yadri annahu yadri fabidzalika ‘alimun tattabi’uhu, yaitu manusia yang mengerti dan dirinya mengerti kalau ia mengerti. Ia adalah manusia yang memiliki ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ciri manusia seperti ini adalah selalu bekerja dengan landasan istiqomah dan ikhlas.

MANUSIA MUNAFIK
rojulun yadri wa la yadri annahu yadri, fabidzalika naimun fa aiqidzuhu, manusia yang mengerti namun tidak mengerti kalau dirinya mengerti, seperti orang yang sedang tidur. Manusia yang berkarakter seperti ini adalah manusia yang tidak konsisten dengan apa yang diucapkan atau yang dipahaminya. Kata-katanya (yang baik) tidak sama dengan perilakunya (yang buruk) begitu juga sebaliknya. Umar ibn al Khottob pernah berkata ” aqwa ma akhofu ‘inda hadzihi ummati minal dajjal al munafiq al ‘alim“ yang artinya: ”yang paling saya takuti pada ummat ini daripada dajjal adalah orang munafik yang pintar atau alim, ” atau secara mudah dapat dikatakan sebagai ”orang yang berbuat jahat dengan memelintir dalil agama.”

Kamis, 27 Oktober 2016

Siapa Saja Yang Termasuk Ahlul Bait

Siapa Saja Yang Termasuk Ahlul Bait Menurut Ahlussunnah wal jama'ah ?

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum. Siapa sajakah yang termasuk Ahlul Bait, menurut pandangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah?

Jawaban:

Wa’alaikumussalam

Dalam kitab Syarh Ta’limul Muta’allim-salah satu kitab yang menjadi kurikulum di berbagai pesantren NU- karya Syaikh Ibrahim bin Ismail -salah seorang ulama Madzhab Syafi’i-, ketika beliau menjelaskan lafadz shalawat:

والصلاة على محمد سيد العرب والعجموعلى آله وأصحابه
Semoga shalawat tercurah kepada Muhammad, pemimpin masyarakat Arab dan non-Arab, beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Beliau mengatakan,
وآله من جهة النسب أولاد علي وعباس وجعفر وعقيل وحارث بن عبد المطلب
“Keluarga Nabi dari sisi nasab adalah keturunan Ali, Abbas, Ja’far, Aqil (putra Abu Thalib), dan Haris bin Abdul Muthalib.”(Syarh Ta’limul Muta’allim, Hal. 3)

Kemudian, termasuk ahlul bait berdasarkan dalil Alquran, adalah para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalil tegas yang menunjukkan bahwa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk keluarganya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفً
32
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu gemulai dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (nafsu) dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 32-33)

Siapakah Ahlul Bait dalam Ayat Ini?

Ibnu Abbasradhiallahu ‘anhumengatakan,
قوله: { إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ } قال: نزلت في نساءالنبي صلى الله عليه وسلم خاصة.
“Firman Allah di atas turun khusus terkait para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:410)

Ikrimah rahimahullah (salah satu ahli tafsir murid Ibnu Abbas) mengatakan,
من شاء باهلته أنها نزلت في أزواج النبي صلى الله عليه وسلم
“Siapa yang ingin mengetahui ahlul bait beliau, sesungguhnya ayat ini turun tentang para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:411)

Kenyataan di atas sangat berseberangan dengan dogma Syiah.
Mereka sangat mengkultuskan keluarga Ali, namun membenci para istri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib. Bukti bahwa mereka sangat membenci istri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah doa buruk mereka bahwa para istri beliau, terutama Aisyah dan Hafshah, kekal di neraka.

Ceramah yang berjudul Itsbat anna ‘Aisyah Kholidatun fi An-Nar (Sebuah Kepastian bahwasanya Aisyah Seorang Wanita yang Kekal di Neraka) oleh Yasir Al-Habib (ulama Syiah).

Pengakuan Syiah bahwa mereka mencintai ahlul bait, kelompok yang berpihak kepada ahlul bait adalah klaim dusta. Justru merekalah orang yang membenci ahlul bait. Hanya saja, karena kultus mereka kepada keturunan Ali bin Abi Tholib, banyak masyarakat yang tertipu dengan klaim mereka.

Hanya kepada Alloh kita meminta pertolongan.

Rabu, 26 Oktober 2016

PRAY FOR PURBALINGGA JATENG

PRAY FOR PURBALINGGA JATENG

Tonton video

detik-detik kejadiannya

Bencana putingbeliung melanda Purbalingga, Selasa (25/10) siang. Akibatnya,pohon beringin besar di alun-alun kabupaten itu tumbang.
Pohon setinggi 50 meter berusia puluhan tahun tersebut tak kuat menahan terpaan angin. Akar pohon pun tercabut dari tanah.

"Untung tak ada korban jiwa saat pohon itu tumbang. Tak ada yang berteduh atau sedang berada dekat pohon," terang Kepala Seksi Darurat dan Logistik BPBDPurbalingga, Muhsoni, melalui telepon.
Menurutnya, pembersihan pohon diperkirakan berlangsung sampai enam hari. Kendala yang dihadapi adalah besarnya diameter batang pohon dan terbatasnya alat pemotong. Angin kencang juga merobohkan belasan pohon peneduh berbagai titik di ibu kota kabupaten ini. Di antaranya di Jalan Raya Penaruban, Jalan Letnan Yusuf, Jalan Kop Tanwir, Jalan MT Haryono, dan kompleks GOR Guntur Daryono.
Akibat bencana itu, dua pekerja PT Sopyan di kawasan Karangsentul, Kecamatan Padamara, mengalami luka-luka. Mereka adalah Musarifah (27) dan Eli Wahyuni (36).

"Musarifah terluka di bagian kepala karena tertimpa tiang besi. Sedangkan Eli Wahyuni luka di pinggul kena pagar," papar Soni.

Puting beliung juga memporakporandakan tiga unit rumah di Desa Penaruban, Kaligondang. Pemerintah Purbalingga masih menghitung kerugian materil.

(tribunjateng)

Selasa, 25 Oktober 2016

MENGOBATI

MENGOBATI

Jika di depan objek terdapat cahaya, maka dibelakangnya terdapat bayangan, begitupun sebaliknya.

Yang kuat dan hebat adalah mereka yg menahan teriakan rasa sakitnya dan berusaha mewujudkan penyembuhannya, maka jika sebaliknya itu lemah,
Karena luka hanya bisa disembuhkan dengan obatnya bukan jeritan,

disanalah sesuatu yang sangat kecil dari rasa sakit tersebut mampu di lontarkan dengan teriakan yg sangat besar, Hingga tubuh yg kekar kuatpun terlihat lemah,

Padahal penyembuhannyalah yang lebih utama dan akan meningkatkan kekebalan yang sebelumnya terluka, sehingga terwujud kuat.

Maka janganlah melampaui batasan dan berlebihan,
Karena setiap yg diciptakan memiliki batasan,

SEALAM SANTUN

Kamis, 20 Oktober 2016

37 Kepangkatan Waliyullah

Allah SWT menurunkan para auliya di bumi ini dalam 1 abad berjumlah 124.000 orang yang mempunyai tugas masing-masing sesuai pangkat atau maqomnya. Mereka inilah yang menjaga keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam agar alam tetap lestari hingga waktunya tiba. Tugas para wali Allah tidak selesai hanya dengan wafatnya mereka.

Firman Allah dalam Surat Al-Imron ayat 169: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu ‘mati’ bahkan mereka itu ‘hidup’ di sisi Tuhannya dengan mendapat rezqi”.

Para wali Allah hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidupnya itu. Inilah pangkat para wali Allah:

1. Qutub Atau Ghauts (1 abad 1 orang)

2. Aimmah (1 abad 2 orang )

3. Autad (1 abad 4 orang di 4 penjuru mata angin)

4. Abdal (1 abad 7 orang tidak akan bertambah dan berkurang apabila ada wali Abdal yang wafat Allah menggantikannya dengan mengangkat wali Abdal yang lain (Abdal = Pengganti). Wali Abdal juga ada yang waliyah-nya)

5. Nuqoba’ (Naqib ) (1 abad 12 orang diwakilkan Allah masing-masing pada tiap-tiap bulan)

6. Nujaba’ (1 abad 8 Orang)

7. Hawariyyun (1 abad 1 orang) wali Hawariyyun diberi kelebihan oleh Allah dalam hal keberanian, pedang (jihad) di dalam menegakkan agama Islam di muka bumi.

8. Rojabiyyun (1 abad 40 orang yang tidak akan bertambah dan berkurang. Apabila ada salah satu wali Rojabiyyun yang meninggal Allah kembali mengangkat wali Rojabiyyun yang lain. Dan Allah mengangkatnya khusus pada bulan Rajab dari Awal bulan sampai akhir bulan. Oleh karena itu dinamakan Rojabiyyun.

9. Khotam (penutup wali) (1 alam dunia hanya 1 orang) yaitu Nabi Isa A.S ketika ia diturunkan kembali ke dunia menjelang kiamat. Kala itulah Allah mengangkatnya kelak menjadi wali khotam (Penutup). Tidak ada wali setelahnya.

10. Qolbu Adam A.S (1 abad 300 orang)

11. Qolbu Nuh A.S (1 abad 40 orang)

12. Qolbu Ibrohim A.S (1 abad 7 orang)

13. Qolbu Jibril A.S (1 abad 5 orang)

14. Qolbu Mikail A.S (1 abad 3 orang tidak kurang dan tidak lebih, Allah selalu mengangkat wali lainnya apabila ada salah satu dari wali Qolbu Mika'il yang wafat)

15. Qolbu Isrofil A.S (1 abad 1 orang)

16. Rijalul ‘Alamul Anfas (1 abad 313 orang )

17. Rijalul Ghoib (1 abad 10 orang tidak bertambah dan berkurang. Tiap-tiap wali Rijalul Ghoib ada yang wafat, seketika juga Allah mengangkat wali Rijalul Ghoib yang lain. Wali Rijalul Ghoib merupakan wali yang disembunyikan oleh Allah dari penglihatan makhluk-makhluk bumi dan langit. Tiap-tiap wali Rijalul Ghoib tidak dapat mengetahui wali Rijalul Ghoib yang lainnya. Ada wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari golongan jin mukmin. Semua wali Rijalul Ghoib tidak mengambil sesuatupun dari rizqi alam nyata ini. Mereka mengambil atau menggunakan rizqi dari alam ghaib.

18. Adz-Dzohirun (1 abad 18 orang)

19. Rijalul Quwwatul Ilahiyyah (1 abad 8 orang)

20. Khomsatur Rizal (1 abad 5 orang)

21. Rijalul Hanan ( 1 abad 15 orang)

22. Rijalul Haybati Wal Jalal ( 1 abad 4 orang)

23. Rijalul Fath (1 abad 24 orang) Allah mewakilkannya di tiap Sa’ah (Jam) wali Rijalul Fath tersebar di seluruh dunia. 2 orang di Yaman, 6 orang di negara Barat dan 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua jihat (arah mata angin)

23. Rijalul Ma’arijil ‘Ula (1 abad 7 orang)

24. Rizalut Tahtil Asfal (1 abad 21 orang)

25. Rizalul Imdad (1 abad 3 orang)

26. Ilahiyyun Ruhamaniyyun (1 abad 3 orang). Pangkat ini menyerupai pangkatnya wali Abdal.

27. Rojulun Wahidun (1 abad 1 orang)

28. Rojulun Wahidun Markabun Mumtaz (1 abad 1 orang ). Wali dengan maqom Rojulun Wahidun Markab ini dilahirkan antara manusia dan golongan ruhanny (bukan murni manusia). Beliau tidak mengetahui siapa ayahnya dari golongan manusia. Wali dengan pangkat ini tubuhnya terdiri dari dua jenis yang berbeda. Pangkat wali ini ada juga yang menyebut "Rojulun Barzakh". Ibu dari wali pangkat ini dari golongan ruhanny Air. Innallah ala kulli syai'in qadir/ Sesungguhnya Allah SWT atas segala sesuatu berkuasa.

29. Syakhsun Ghorib (di dunia hanya ada 1 orang)

30. Saqit Arofrof Ibni Saqitil ‘Arsy (1 abad 1 orang)

31. Rijalul Ghina (1 abad 2 orang). Sesuai nama maqomnya (pangkatnya) wali ini sangat kaya, baik kaya ilmu agama, kaya ma’rifatnya kepada Allah maupun kaya harta yang ditasharrufkan di jalan Allah. Pangkat wali ini juga ada waliahnya (wanita).

31. Syakhsun Wahidun (1 abad 1 orang)

32. Rijalun Ainit Tahkimi waz Zawaid (1 abad 10 orang)

33. Budala’ (1 abad 12 orang ) Budala’ adalah Jama’ Sigoh Muntahal Jumu’ dari kata Abdal, tapi bukan pangkat wali abdal.

34. Rijalul Istiyaq (1 abad 5 orang)

35. Sittata Anfas (1 abad 6 orang) salah satu wali dari pangkat ini adalah Putra dari Raja Harun Ar-Royid yaitu Syeikh Al-’Alim Al-’Allamah Ahmad As-Sibty.

36. Rijalul Ma’ (1 abad 124 orang ). Wali dengan pangkat ini beribadahnya di dalam air. Diriwayatkan oleh Syeikh Abi Su’ud Ibni Syabil: "Pada suatu ketika aku berada di pinggir sungai Tikrit di Bagdad, dan aku termenung dan terbersit dalam hatiku “Apakah ada hamba-hamba Allah yang beribadah di sungai-sungai atau di lautan?”. Belum sampai perkataan hatiku tiba-tiba dari dalam sungai muncullah seseorang yang berkata “Akulah salah satu hamba Allah yang ditugaskan untuk beribadah di dalam Air”. Maka aku pun mengucapkan salam padanya. Lalu dia pun membalas salam. Tiba-tiba orang tersebut hilang dari pandanganku."

37. Dakhilul Hizab (1 abad 4 orang). Wali ini tidak dapat diketahui Kewaliannya oleh para wali yang lain sekalipun sekelas Qutbil Aqtob Seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani karena wali ini ada di dalam Hijabnya Alloh. Namanya tidak tertera di Lauhil Mahfudz sebagai barisan para Aulia. Namun Nur Ilahiyyahnya dapat terlihat oleh para auliya' seperti diriwayatkan dalam kitab Nitajul Arwah bahwa suatu ketika Syeikh Abdul Qodir Jailani melaksanakan Thawaf di Baitullah, Makkah Mukarromah. Tiba-tiba Syeikh melihat seorang wanita dengan Nur Ilahiyyahnya yang begitu terang benderang sehingga Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani mukasyafah ke Lauhil Mahfudz. Dilihat di lauhil mahfudz, nama wanita ini tidak ada di barisan para wali-wali Allah. Lalu Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani bermunajat kepada Allah untuk mengetahui siapa wanita ini dan apa yang menjadi amalnya sehingga Nur Ilahiyyahnya terpancar begitu dahsyat. Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Jibril A.S untuk memberitahukan kepada Syeikh bahwa wanita tersebut adalah seorang waliyyah dengan maqom/pangkat Dakhilul Hizab "Berada di dalam hijabnya Allah". Kisah ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa berhusnudzon (berbaik sangka) kepada semua makhluq Allah.

Source :
Facebook Habib Abu Bakar al-Adni

Sumber :
Muslim Moderat

Selasa, 18 Oktober 2016

Syair Pelembut Hati


Dikisahkan,  ada seseorang yang mendatangi Al-imam Ahmad dan bertanya kepada beliau,  "Wahai Imam, bahaimana menurut anda mengenai syair ini? 

Beliau menjawab, “Sya’ir apakah ini?” kemudian orang tersebut membaca sya’ir berikut: 



إذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أَ مَا استَحْيَيْتَ تَعْصِيْنِي
Jika Rabb-ku berkata kepadaku, “Apakah engkau tidak malu bermaksiat kepada-Ku?”

وَتُخفِي الذَنبَ عَن خَلقِي وَ بِالعِصيَانِ تَأتِينِي
Engkau menutupi dosamu dari makhluk-Ku tapi dengan kemaksiatan engkau mendatangi-Ku

فَكَيفَ أُجِيبُ يَا وَيْحِيِ وَ مَن ذَا سَوفَ يَحمِينِي؟
Maka bagaimana aku akan menjawabnya? Aduhai, celakalah aku dan siapa yang mampu melindungiku?

أُسَلِّي النَفْسَ بِالآمَالِ مِن حِينٍ إِلَى حِينِي
Aku terus menghibur jiwaku dengan angan-angan dari waktu ke waktu

وَ أَنْسَى مَا وَرَاءَ المَوْتِ مَاذَا بَعْدُ تَكْفِينِي
Dan aku lalai terhadap apa yang akan datang setelah kematian dan apa yang akan datang setelah aku dikafani

كَأَنِّي قَدْ ضّمِنتُ العَيشَ لَيسَ المَوْتُ يَأْتِينِي
Seolah-olah aku akan hidup selamanya dan kematian tidak akan menghampiriku

وَ جَائَتْ سَكرَةُ الموتِ الشَدِيدَةُ مَن سَيَحْمِينِي
Dan ketika sakaratul maut yang sangat berat datang menghampiriku, siapakah yang mampu melindungiku?

نَظَرْتُ إِلَى الوُجُوْهِ أَ لَيْـسَ مِنهُمْ مَنْ سَيَفْدِينِـــي
Aku melihat wajah-wajah manusia, tidakkah ada di antara mereka yang akan menebusku?

سَأُسْأَلُ مَا الذِي قَدَّمْتُ فِي دُنيَايَ يُنْجِينِي
Aku akan ditanya tentang apa yang telah aku persiapkan untuk dapat menyelamatkanku (di hari pembalasan)

فَكَيْفَ إِجَابَتِي مِنْ بَعدُ مَا فَرُّطْتُ فِي دِينِي
Maka bagaimanakah aku dapat menjawabnya setelah aku
melupakan agamaku

وَ يَا وَيْحِي أَ لَــــمْ أَسْمَعُ كَلَامَ اللهِ يَدْعُوْنِي
Aduhai sungguh celakalah aku, tidakkah aku mendengar firman Allah yang menyeruku?

أَ لَــــمْ أَسْمَعْ لِما قَد جَاءَ فِي قَافٍ وَ ياسِين
Tidakkah aku mendengar apa yang datang kepadaku (dalam surat) Qaaf dan Yasin itu?

أَ لَـــمْ أَسْمَعْ بِيَوْمِ الحَشْرِ يَوْمَ الجَمْعِ وَ الدِّينِي
Tidakkah aku mendengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkannya (manusia), dan hari pembalasan?

أَ لَـــمْ أَسْمَعْ مُنَادِي المَوْتِ يَدْعُوْنِي يُنَادِينِي
Tidakkah aku mendengar panggilan kematian yang selalu menyeruku, memanggilku?

فَيَا رَبَّــــاه عَبدٌ تَــائِبٌ مَنْ ذَا سَيَؤْوِينِي
Maka wahai Rabb-ku, akulah hambamu yang ingin bertaubat, siapakah yang dapat melindungiku?

سِوَى رَبٍّ غَفُوْرٍ وَاسِعٍ لِلحَقِّ يَهْدِيْنِي
Melainkan Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Luas Karunianya, Dialah yang memberikan hidayah kepadaku


أَتَيْتُ إِلَيْكَ فَارْحَمْنِي وَثَقِّـــلْ فِي مَوَازِينِي
Aku datang kepada-Mu, maka rahmatilah diriku dan beratkanlah timbangan (kebaikanku)

وَخَفِّف فِي جَزَائِي أَنتَ أَرْجَـى مَنْ يُجَازِيْنِي
Ringankanlah hukumanku, sesungguhnya hanya Engkaulah yang kuharapkan pahalanya untukku


Al-Imam Ahmad terus melihat bait-bait sya’ir tersebut dan mengulang-ulangnya kemudian beliau menangis tersedu-sedu. Salah seorang muridnya mengatakan bahwa beliau hampir pingsan karena begitu banyaknya menangis.


dari Kitab Manaqib Al-Imam Ahmad hal. 205 oleh Al-Imam Ibnul Jauzy

https://www.facebook.com/Haris.STD

Burung Hantu Istimewa

  Burung Hantu